BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Malaria
merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan
masyarakat yang sangat mempengaruhi angka kematian dan kesakitan bayi, anak
balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktifrtas tenaga kerja.
Lebih dari 15 (lima belas) juta penderita malaria klinis dengan 30.000 kematian
yang dilaporkan melalui unit pelayanan kesehatan setiap tahun (Survey Nasional
Kesehatan Rumah Tangga 1995). Umumnya penderita malaria ditemukan pada
daerah-daerah terpencil dan sebagian besar penderitanya dari golongan ekonomi
lemah. Kesehatan lingkungan mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan
lingkungan dalam keseimbangan ekosistem dengan tujuan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui pencegahan terhadap penyakit dan
gangguan kesehatan dengan mengendalikan faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit malaria. Interaksi
lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling
berpengaruh (Fathiet al., 2005).
MenurutArbani (1992) pemberantasan malaria di Indonesia hanya dikelompokkan
menjadi dua strategi pembagian pengelompokan wilayah untuk Jawa -Bali dan luar
Jawa-Bali secara umum. Mengingat spesies Anopheles yang berperan sebagai vector
malaria di tiap daerah berbeda dengan bioekologi yang berbeda pula, semen tara
Iingkungan geografi wilayah Indonesia sangat beragam, serta mempunyai ciri
sosioanthrophologi budaya yang unik, maka untuk menentukan strategi
pemberantasan malaria di daerah endemis harus mengacu kepada data tersebut.
Dengan diketahllinya data tersebut diatas maka dapat dipahami epidemiologi
penyakitnya, dengan demikian strategi pemberantasannya dapat ditentukan secara
tepat sesuai dengan kondisi setempat.
Menurut drg.Agus susanto dalam bukunya yang berjudul “WASPADAI GIGITAN
NYAMUK”masyarakat haruslah berpartisipasi aktif dalam memerangi p[enyakit
malaria dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Sebagaimana kita telah
ketahui, penyebar penyakit malaria adalahb nyamuk. Selama ini kendala terbesar
dalam upaya penanggulangn penyakit malaria adalah cara memberantas nyamuk
penyebar penyakit ini. Lingkungan yang kotor atau tidak terawat merupakan
tempat yang paling ideal untuk perkembang biakan nyamuk. Oleh karena itu,
kesdaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dapat membantu
mengurangi penyebaran penyakit malaria. Gerakan pemberantasan sarang nyamuk
melalui 3M (menguras, mengubur dan menutup) perlu di galakkan , tidah hanya
jika telah menjadi wabah. Jika pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama
dalam penangulangan malaria di harapkan angka penyebaran dan kematian akibat
penyakit ini dapat di tekan sehingga generari mendatang dapat hidup dalam
kondisi yang baik.
Desa pacalan adalah salah satu desa yang ada di kecamatan magetan kabupaten
magetan propinsi jawa timur yang termasuk dlam kategori daerah endemis malaria
sedang dengan angka Annual Malaria Incidence (AMI) pada tahun 2002 sebesar 11,2
per 1000 penduduk, dan pada tahun 2003 sebesar 8.2 per 1000 penduduk (Dinkeskab
magetan, 2004). Permasalahannya adalah apakah terdapat pengaruh lingkungan dan
perilaku masyarakat terhadap angka kejadian malaria?.
- Rumusan masalah
1. faktor-faktor apakah panyebab terjadinya penyakit malaria?
- Tujuan
1. Tujuan
umum
Untuk mengetahui faktof-faktor penyebab terjadinya malaria
2. Tujuan
khusus
a. Mengindentifikasi factor –foktor penjamu (host)
terjadi malaria sesuai segitiga epidemiologi.
b. Mengindentifikasi factor –foktor penyebab penyakit (agent) terjadi malaria sesuai segitiga epidemiologi.
c. Mengindentifikasi factor –foktor lingkungan
(environtment) terjadi malaria sesuai segitiga epidemiologi.
Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah menganalisis adanya pengaruh
lingkungan dan perilaku masyarakat yang dominant terhadap kejadian malaria.
- Manfaat
1. Bagi
penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit malaria.
2. Bagi
peneliti lain
Dapat sebagai referensi untuk di
lakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
- Etiologi penyakit
1.
Pengertian penyakit malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk
infeksi akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan
oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa
italia yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak
terdapat di daerah rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga
mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai,
demam charges, demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60
spesies berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80
spesies nyamuk anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai vektor malaria (
Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk Anopheles. Relatif sulit membedakannya dengan
jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa
dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi
di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah
nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja,
tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari(www.Depkes.go.id )
2. Cara
Penularan Malaria
Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara yaitu secara alamiah dan non
alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles
betina yang mengandung parasit malaria (Prabowo, 2004 ). Saat menggigit nyamuk
mengeluarkan sporosit yang masuk ke peredaran darah tubuh manusia sampai sel –
sel hati manusia. Setelah satu sampai dua minggu digigt, parasit kembali masuk
ke dalam darah dan mulai menyerang sel darah merah dan mulai memakan
haemoglobin yang membawa oksigen dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang
terinfeksi plasmodium ini menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil
dan menyebabkan anemia (Depkes,2003).
Nyamuk Anopheles betina yang menggigit orang sehat, maka parasit itu
dipindahkan ke tubuh orang sehat dan jadi sakit. Seorang yang sakit dapat
menulari 25 orang sehat sekitarnya dalam waktu musim penularan (3 bulan di mana
jumlah nyamuk meningkat)(www.Depkes.go.id )
Penularan non-alamiah terjadi jika bukan melalui gigitan nyamuk anopheles.
Beberapa penularan malaria secara non alamiah antara lain : malaria bawaan
(Kongenital) adalah malaria pada bayi baru lahir yang ibunya menderita
malaria.penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta
(selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari
ibu kepada janinnya. Gejala pada bayi baru lahir berupa demam, iritabilitas
(mudah terangsang sehingga sering menangis dan rewel), pembesaran hati dan
limpa, anemia, tidak mau makan atau minum, serta kuning pada kulit dan selaput
lendir. Keadaan ini dibedakan dengan infeksi kongenital lainnya. Pembuktian
pasti dilakukan dengan deteksi parasit malaria pada darah bayi. Selain itu
Transfusion malaria yakni infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi
darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum suntik secara
bersama- sama pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi organ. (Prabowo,
2004)
3. Macam -
Macam Malaria
Ada 4 jenis penyebab malaria pada manusia antara lain :
1) Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka
kematian yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang
meningkat jauh lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozitnya menginfeksi
sel darah merah dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies ini
menjadi penyebab 50% malaria di seluruh dunia.
2)
Plasmodium vivax . spesies ini cenderung menginfeksi sel – sel darah merah yang
muda. (retilkulosit) kira – kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia
disebabkan oleh plasmodium vivax.
3)
Plasmodium malariae, mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel – sel darah
merah yang tua.
4)
Plasmodium ovale. Prediksinya terhadap sel – sel darah merah mirip dengan
plasmodium vivax (menginfeksi sel – sel darah muda) (Sutisna, 2004)
Ada juga seorang penderita di
infeksi lebih dari satu spesies plasmodium secara bersamaan. Hal ini disebut
infeksi campuran atau mixed infeksion. Infeksi campuran paling banyak
disebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium falcifarum dan plasmosium vivax
atau plasmodium vivax dan plasmodium malariae. Jarang terjadi infeksi campuran disebabkan oleh plasmodium vivax dan
plasmodium malariae. Lebih jarang lagi infeksi campuran oleh tiga spesies
sekaligus. Infeksi campuran banyak dijumpai di wilayah yang tingkat penularan
malarianya tinggi.
4. Gejala -
Gejala Malaria
Gejala–gejala
penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh penderita, jenis
plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang menginfeksinya. Waktu terjadinya
infeksi pertama kali disebut masa inkubasi sedangkan waktu diantara terjadinya
infeksi sampai ditemukannya parasit malaria dalam darah disebut periode
prapaten ditentukan oleh jenis plasmodiumnya.
Tabel 1:
Periode Prapaten dan Masa Inkubasi Plasmodium
NO
|
Jenis Plasmodium
|
Periode Prapaten Masa Inkubasi
|
1
2
3
4
|
P. Falcifarum
P. Vivax
P. Malariae
P. Ovale
|
11 Hari 9 –
14 Hari
12,2 Hari 12
– 17 Hari
32,7 Hari 18
– 40 Hari
12 Hari 16 – 18 Hari
|
Umumnya
gejala yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum lebih berat dan dan lebih akut
dibandingkan dengan jenis plasmodium lainnya. Gambaran khas dari penyakit
malaria adalah adanya demam periodik, pembesaran limpa, dan anemia (Prabowo,
2004).
1) Demam
Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang berhubungan
dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan
panas terjadi bersamaan dengan lepasnya merozoit – merozoit ke dalam peredaran
darah (proses sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Serangan
demam pada malaria terdiri dari tiga :
a. Stadium
dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi cepat
tetapi lemah. Bibir dan jari –jari pucat kebiru – biruan (sianotik). Kulitnya
kering dan pucat penderita mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Periode ini
berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam
b.Stadium
demam
Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi
merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit
kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau muntah –
muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat
haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
c. Stadium
berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai membasahi
tempat tidur. Namun, suhu badan pada fase ini turun dengan cepat kadang –
kadang sampai dibawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat
terjaga , ia merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan
dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih
bersarang. Stadium inu berlangsung selama 2 - 4 jam. (Prabowo, 2004)
2) Pembesaran Limpa
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun.
Limpa membengkak dan terasa nyeri.limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel
– sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama – lamakonsistensi limpa
menjadi keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan
pengobatan yang baik limpa berangsur normal kembali (Prabowo, 2004).
3) Anemia
Anemia terjadi disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan
oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel
darah merah di sumsum tulang (Prabowo, 2004).
5.Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria
Kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu daerah ditentukan oleh
faktor – faktor berikut :
a) Faktor
penyebab ( Parasit malaria)
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria, genus plasmodium. Ciri
utama genus plasmodium adalah adanya dua siklus hidup, yaitu :
1) Fase
seksual
Siklus dimulai ketika nyamuk
anopheles betina menggigit manusia dan memasukan sporozoit yang terdapat pada
air liurnya ke dalam aliran darah manusia. Memasuki sel parenkim hati dan
berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit, disebut
fase skizogoni eksoeritrosit karena parasit belum masuk ke dalam sel darah
merah.lama fase ini berbeda untuk setiap spesies plasmodium.pada akhir akhir
fase ini, hati pecah, merozoit keluar lalu masuk ke dalam aliran darah. Fase
eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang sel darah merah dan
membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit – skizon- merozoit.
Setelah dua sampai tiga generasi merozoit terbentuk lalu sebagian berubah
menjadi bentuk seksual
2) Fase
aseksual
Saat nyamuk anopheles betina
mengisap darah manusia yang mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual
masuk ke dalam perut nyamuk. Selanjutnya menjadi mikrogametosit dan
makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet) yang
kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika ookista
pecah ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapaikelenjar air liur nyamuk dan siap
ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia (Prabowo. 2004 )
b) Faktor
inang
Penyakit malaria mempunyai dua inang
antara lain :
1) Manusia
(intermediate host)
Faktor yang mempengaruhi antara lain
: jenis kelamin (pada ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat)
imunitas, penghasilan, perumahan, pemakaian kelambu, dan obat anti nyamuk.
2) Nyamuk
anopheles (defenitife host)
Nyamuk anopheles betina sebagai vektor penyebab menularnya penyakit
malaria. Nyamuk ini membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau yang
mengalir perlahan untuk meletakkan telur – telur nya, sebaga tempat untuk
berkembang biak. Biasanya aktif mencari darah pada malam hari , ada yang mulai
senja sampai tengah malam, ada juga yang mulai tengah malam sampai menjelang
pagi hari (Depkes, 1999). Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5 – 3 Km dari
tempat perindukan. Umur nyamuk anopheles dewasa di alam bebas belum diketahui
tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 – 5 minggu. (Prabowo.
2004 )
c) Faktor lingkungan
( Enviroment )
1) Fisik
Suhu sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi
ekstrinsik. Makin tinggi suhu, makin panjang masa ekstrinsiknya. Hujan yang
berselang dengan panas berhubungan langsung dengan perkembangan larva nyamuk (Depkes,
1999) Air hujan yang menimbulkan genangan air merupakan tempat yang ideal untuk
perindukan nyamuk malaria. Dengan bertambahnya tempat perindukan , populasi
nyamuk malaria bertambah sehinggah bertambah pula jumlah penularannya.
(Prabowo. 2004 )
Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak
berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembapan 60 % merupakan batas paling rendah
yang memungkinkan untuk nyamuk hidup. Pada kelembapan yang lebih tinggi nyamuk
menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan
malaria ( Harijanto, 2000 )
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda – beda.
Ada yang menyukai tempat terbuka dan ada yang hidup di tempat yang teduh maupun
di tempat yang terang.
2) Biologi
Tumbuhan semak, sawah yang berteras, pohon bakau, lumut, ganggang merupakan
tempat perindukan dan tempat – tempat peristirahatan nyamuk yang baik. Adanya
belbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambus, nila,
mujair mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah (Depkes, 1999)
3) Sosial
budaya
Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi
kesadaran masyarakat memberantas malaria
6.Cara
Penularan Penyakit Malaria
Penyakit
malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
1. Penularan
secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitannyamuk
anopheles.
2. Penularan
yang tidak alamiah.
a. Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada
bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi
melalui tali pusat atau placenta.
b. Secara
mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi
darah atau melalui jarum suntik. Penularanmelalui jarum suntik yang tidak
steril lagi. Cara penularan ini pernahdilaporkan terjadi disalah satu rumah
sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan
suntikan intra vena denganmenggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk
menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali
pakai (disposeble).
c. Secara
oral (Melalui Mulut).
Cara
penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara
(P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria
pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun
tanpa gejala klinis. Kecuali bagisimpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh
Penyakit Malaria, belum diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi
plasmodia yang biasanya menyerang manusia Infeksi malaria pada waktu yang lalu
sengaja dilakukan untuk mengobati penderita neurosifilis yaitu penderita
sifilis yang sudah mengalami kelainan pada susunan sarafnya cara ini sekarang
tidak pernah lagi dilakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
penularan alamiah seperti adanya gametosit pada penderita, umur nyamuk kontak
antara manusia dengan nyamuk dan lain-lain.
7.Penyebaran
Malaria
Batas dari
penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS (Argentina). Ketinggian yang
dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan
2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai
distribusi geografis yang paling Juas, mulai dari daerah beriklim dingin,
subtropik sampai kedaerah tropik.
Plasmodium
Falciparum jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit
Malaria hampir sama dengan penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang
terjadinya.
Di Indonesia
Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang
berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter
diatas permukaan laut.
Angka
kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara 1-2
per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar.
Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium
vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.
8. Pencegahan
Penyakit Malaria
Pencegahan penyakit malaria dapat
dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), berusaha menghindarkan diri
dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian obat Chloroquine
bila mengunjungi daerah endemik malaria.
9. Vektor
Penyakit
Di dalam program pemberantasan malaria yang utama dilakukan adalah
pemberantasan vektor. Dalam hal ini supaya mendapatkan hasil yang maksimal,
perlu didukung oleh data penunjang yang menerangkan tentang seluk-beluk vector
yang berperan. Untuk menentukan metode pemberantasan yang tepat guna, perlu
diketahui dengan pasti musim penularan serta perilaku vektor yg bersangkutan.
Penentuan musim penularan yang tepat perlu didukung oleh data entomologi yang
baik dan benar, metode yang dipilih harus sesuai dengan perilaku vektor yang
menjadi sasaran. Dalam pemberantasan penyakit malaria sangat erat hubungannya
dengan aspek entomologi. Dalam hal ini aspek entomologi menjadi tanggung jawab
unit lain diluar unit pemberantasan malaria, maka untuk mencapai basil yang
maksimal diperlukan suatu koordinasi yang mantap, serta sinkronisasi program
antara unit entomologi dengan unit pemberantasan malaria.
Tujuan
kegiatan entomologi untuk menunjang program pemberantasan malaria adalah:
1) Mengetahui Anopheles yang berperan sebagai vektor, atau yang diduga
2) sebagai vektor, disertai dari dasar nyamuk tersebut, misalnya keterangan
mengenai musim penularan status kerentanannya terhadap DDT dan beberapa aspek
perilakunya. Mengetahui keadaan vektor, kaitannya dengan perubahan lingkungan, baik
karena
3) perubahan alamiah maupun karena ulah manusia.
4) Mengetahui hasil upaya pemberantasan vektor.
5) Menemukan cara pemberantasan yang berhasil guna dan berdaya guna.
a. Nyamuk
Anopheles
Penyakit
malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk
anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit)
telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar
diseluruh Indonesia. Dari species-species nyamuk
tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria.
Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan
sebagai vektor penyakit malaria. Penyebab penyakit malaria adalah genus
plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:
1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan
malaria yang berat.
2.
Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.
4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena
umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
5. Plasmodium
Knowlesi
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari
satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed
infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis
parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax
atau P. malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun
hal ini jarang terjadi,. infeksi campuran ini biasanya terjadi terdapat di
daerah yang tinggi angka penularannya.
b. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai
tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan
tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya
dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :
1. Tingkatan di dalam air.
2. Tingkatan di luar temp at berair (darat/udara).
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk
akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur.
jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka
telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih
sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik anopheles mengalami
pelepasan kulit sebanyak empat kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung
pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh
menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan
tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari.
Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah
dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk
tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk
meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk
betina kebanyakan banya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan
terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.
c. Beberapa
Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk
Bionomik
nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur, populasi,
penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan
kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau,
gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami. Sebelum
mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya harus disadari
bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada variasinya.
Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik didaerah yang
sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan mengalami
perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar misalnya
perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena ulah
manusia.
1. Perilaku
Mencari Darah.
Perilaku
mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
b) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anophelespada
umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan
teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesies yang
aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.
c) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode
yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari
hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu:
eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih
senang mencari darah didalam rumah.
d) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam
darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas:antropofilik apabila lebih
senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah
binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.
e) Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya
kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak
keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya.
Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung
pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut
siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96
jam.
2. Perilaku
Istirahat.
Istirahat
bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu
menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu
nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat
yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih
lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies
yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada
pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus).
Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap
darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun
sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.
3. Perilaku
Berkembang Biak.
Nyamuk
Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat
untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada
species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an.
Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus).
Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air
laut) misalnya (An.Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang
biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk
inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program
pemberantasan.
- Pengetahuan
1.
Pengetahuan masyatakat tentang penyakit malaria
Pengetahuan masyatakat tentang penyakit malaria mempengaruhi pada proses
penyebaran penyakit malaria karena masyarakat akan tidak peduli terhada
penyakit malaria.
Menurut Notoatmodjo (1993)menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan tidak
selalu menyebabkan perubahan perilaku. Pengetahuan memang merupakan faktor yang
penting namun tidak mendasari pada perubahan perilaku kesehatan, walaupun
masyarakat tahu tentang malaria belum tentu mereka mau melaksanakannya dalam
bentuk upaya pencegahan dan pemberantasan.
Pengetahuan tentang penularan penyakit malaria tidak mengalami kenaikan,
kecuali dalam hal cara mengobati penyakit malaria. Hal ini disebabkan oleh
tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki oleh masysrakat sebelum intervensi
karena sudah merupakan daerah yang telah banyak melakukan upaya penanggulangan
penyakit malaria, seperti penyemprotan. Demikian pula dengan pengetahuan
tentang pencegahan gigitan nyamuk juga hanya mengalami sedikit perubahan,
sebelum intervensi masih cukup banyak masyarakat yang mengusir nyamuk dengan membakar
daun kelapa (22.3%), akan tetapi setelah diadakan intervensi angka ini turun
walaupun masih ada (10.4%).
Pada awal penelitian sudah terlihat adanya pengetahuan penduduk mengenai
malaria, Akan tetapi tidak diikuti dengan tindakan sehari-hari yang sesuai.
Mereka tidak melakukan pencegahan karena menganggap malaria merupakan penyakit
ringan biasa dan tidak perlu dikhawatirkan. Bahkan mereka mengatakan malaria
bukan suatu penyakit karena mereka masih bisa bekerja/sekolah, hal ini karena
tingkat pendidikan mereka pada umumnya rendah. Tetapi setelah intervensi,
pandangan mereka telah banyak berubah. Masyarakat telah menganggap bahwa
penyakit malaria cukup membahayakan dan dapat menyebabkan kesakitan yang
menahun
Pengetahuan tentang penularan penyakit malaria tidak mengalami kenaikan,
kecuali dalam hal cara mengobati penyakit malaria. Hal ini disebabkan oleh
tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki oleh masysrakat sebelum intervensi
karena sudah merupakan daerah yang telah banyak melakukan upaya penanggulangan penyakit
malaria, seperti penyemprotan. Demikian pula dengan pengetahuan tentang
pencegahan gigitan nyamuk juga hanya mengalami sedikit perubahan, sebelum
intervensi masih cukup banyak masyarakat yang mengusir nyamuk dengan membakar
daun kelapa (22.3%), akan tetapi setelah diadakan intervensi angka ini turun
walaupun masih ada (10.4%).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Rogers (1974) dikutip dari Purwanto, (1998)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)
didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :
a. Awarenees (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
b. Interest (merasa tertarik), yakni orang mulai tertarik terhadap
stimulus, disini sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial,
dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki stimulus.
e. Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana
didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) sebaliknya apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengetahun dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat
yaitu :
a. Tahu
(know)
Tahu
diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk
kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, menyatakan, mengidentifikasi dan sebagainya.
b. Memahami
(comprehention)
Memahami
diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang
dipelajari.
c. Aplikasi
(application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus,
metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang misalnya dengan menggunakan
rumus statistik dalam perhitungan hasil. Penelitian
dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.
d. Analisis
(analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dengan penggunaan kata kerja membuat
bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
Penjamu : Penyakit ini disebabkan oleh daya tahan tubuh yang lemah, umur
yang terlalu muda maupun terlalu tua, kebiasaan hidup yang kotor
Agen :
golongan biologik dan fisik
e. Sintesis
(syntesis)
Suatu
kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru misalnya
dapat memecahkan, merencanakan, meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi
(evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penalaran terhadap materi atau
obyek. Penalaran ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
Menurut Best (1989) dan Anderson (1990) dikutip dari Muhibbin Syah (2002)
mengatakan bahwa ilmu pengetahuan terdiri atas 2 (dua) macam ditinjau dari
sifat dan cara penerapannya
a. Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan mengenai informasi faktual yang
pada umumnya bersifat statis normatif dan dapat dijelaskan secara lisan dan
verbal. Isi dari pengetahuan ini berupa konsep-konsep dan fakta yang dapat
ditularkan kepada orang lain melalui ekspresi lisan atau tulisan. Menurut Evans
(1991) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) pengetahuan deklaratif berisi konsep
dan fakta yang bersifat verbal dan dapat diuraikan dengan kalimat-kalimat
statement (pernyataan) maka ia juga disebut stateable concept and fact, yaitu
konsep dan fakta yang dapat dinyatakan melalui ekspresi lisan.
b. Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan yang mendasari kecakapan atau
keterampilan perbuatan jasmani yang cenderung bersifat dinamis.
Menurut Best (1989) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan ditinjau
dari sudut informasi dan pengetahuan yang disimpan memori manusia terdiri atas
dua macam :
a. Semantic
Memory (memori semantik) yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau
pengertian-pengertian.
b. Episode
memory (memori episodik) yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang
peristiwa-peristiwa.
Best (1989)
berpendapat bahwa antara item pengetahuan episodik dan item pengetahuan
semantik terdapat hubungan yang memungkinkan bergabungnya item memori episodik
dan memori semantik.
Pendidikan
adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah,
2002).
Tardif
(1987) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) seorang ahli psikologi pendidikan
mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak
memiliki ilmu pengetahuan dan wawasannya semakin luas sehingga proses
pengubahan sikap dan tinkah laku akan semakin baik. Reber (1988) dikutip dari
Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi pola dalam pengambilan sikap dan tindakan seseorang, semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang kecenderungan untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya akan semakin besar.
Koos (1954)
dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin tinggi pengetahuannya dan pengetahuan tersebut
dapat diperoleh melalui proses alamiah manusia setelah ia mengalami, mengamati,
menyaksikan dan mengerjakan sesuatu sejak ia lahir sampai dewasa khususnya
melalui pendidikan. Sedangkan menurut teori yang dikemukakan oleh Ancok (1981)
dikutip dari Muhibbin Syah (2002) bahwa pengetahuan diperoleh bukan saja
melalui pendidikan.
Koentjaraningrat
(1977) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa meningkatnya
tingkat pendidikan seseorang menyebabkan meningkanya kemampuan dalam menyerap
pengetahuan. Ngadiarti (1985) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula
tingkat pengetahuannya.
Beker dan Reinke (1994) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan bahwa
tingkat pendidikan sangat relevan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki
seseorang. Sedangkan menurut teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green
mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penentu (predisposing
factors)
C. Lingkungan
Buruk dan Penyakit
Kondisi
lingkungan berhubungan erat dengan kesehatan manusia. Udara, air, tanah, dan
hewan di lingkungan kita dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit. Apalagi
jika tidak dikelola dengan baik.
Dinas
Kesehatan unit Puskesmas menjelaskan pengertian sehat menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) adalah keadaan yang seimbang baik mental, social, fisik,
tanpa adanya kecacatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan di
antaranya, pertama faktor agent atau disebut pula faktor penyebab penyakit
dimana faktor ini yang menjadi penyebab dari pada adanya penyakit. Kedua faktor
host yaitu manusia sebagai objek penyakit. Ketiga adalah faktor lingkungan
dimana lingkungan adalah sebagai medianya.
Manusia
dalam hal ini sebagai host atau objek dari suatu penyakit. Penyakit didalam
manusia sangat dipengaruhi oleh manusia itu sendiri. Bagaimana sikap atau
perilaku manusia terhadap lingkungan. Agen yang bisa menyebabkan manusia itu bisa
sakit terdiri dari dua macam yang pertama yang ada dalam tubuh manusia itu
sendiri misalnya zat kimia indogent dan kedua adalah yang ada diluar tubuh
manusia seperti zat kimia eksogent.
Jenis
penyakit yang berbasis lingkungan diantaranya pertama yang disebabkan oleh
virus diantaranya ISPA, TBC paru, Diare, Polio, Campak, Cacingan, malaria.
Kedua yang disebabkan oleh binatang seperti Flu Burung, Pes, Antrax dll. Ketiga
yang disebabkan oleh vector nyamuk di antaranya DBD, Chikungunya, Malaria.
“Untuk daerah
Kec. Katapang sendiri jenis penyakit yang diakibatkan faktor lingkungan
berdasarkan kejadian, yang menjadi tiga ututan terbesar adalah pertama penyakit
Ispa, kedua penyakit Diare dan ketiga penyakit Inspeksi TBC Paru” jelas Bapak
Fahan dalam diskusi kesehatan di radio komunikasi PASS FM, Rabu, 13 Agustus
2007.
Beberapa
faktor penghambat yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit tersebut adalah
seperti pertama faktor kesadaran manusia terhadap kepentingan keehatan dan
perlakuan terhadap lingkungannya. Kedua faktor kepadatan penduduk yang cukup
padat sehingga faktor penyebarannya akan sangat cepat. Ketiga faktor kultur
atau kebiasaan atau kepercayaan yang merugikan, misalnya kebiasaan tidak
memakan ikan padahal ikan merupakan sumber makanan yang cukup baik.
Dalam upaya
pemberantasan atau pencegahan penyakit-penyakit berbasis lingkungan ini harus
ditangani secara bersama-sama tidak bisa secara sendiri-sendiri. Maka dari itu
diperlukan promosi kesehatan melalui berbagai media, baik cetak, elektronik,
ataupun di pertemuan-pertemuan. Pengaturan lingkungan dengan system management
lingkungan yang cukup baik diharapkan lingkungan akan sangat mendorong
terciptanya lingkungan yang sehat, sehingga tidak menjadi sumber penyakit bagi
manusia. Diadakannya perindungan secara khusus misalnya dengan adanya Imunisasi
yang dilakukan secara rutin dan konsisten, serta pemulihan dan pelestarian
lingkungan hidup.
Lingkungan
mempunyai peran yang penting dalam penyebaran malaria lingkungan yang tempat
nmyamuk yang sering di jadikan sebagai ntempat bersrangnya adalah biasanya
lembab serta ada kubangan air vyang mengenang karena nyamuk penyabab malaria
ini siklus hidupnya suka bertelur dan beersarang pada tempat-tempat tersebut. Masyarakat yang kurang memperhatikan sanitasi lingkungannya dapat
menyebabkan vector penyakit ini berkembang biak.
a) Lingkungan fisik,
Terdiri dari
suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari, arus air dan kadar
garam. Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimun berkisar
antara 20 dan 30ºC. Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik
(sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi
ekstrinsik.
Kelembaban
yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit.
Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan
hidupnya nyamuk, pada kelembaban lebih tinggi menyebabkan aktifitas nyamuk
menjadi lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut
menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Disamping arah angin sinar
matahari juga mempengaruhi pertumbuhan larva nyamuk serta arus air yang deras
lebih disukai oleh nyamuk An.minimus, air tergenang disukai nyamuk An.letifer,
air yang statis (mengalir lambat) disukai nyamuk An.barbirostris.
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk
mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk
hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
· Menguras bak
mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
· Mengganti/menguras
vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
· Menutup dengan
rapat tempat penampungan air.
· Mengubur
kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain
sebagainya.
2.
pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
adalah kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular
malaria (anopheles) di tempat-tempat perkembangbiakannya.(Depkes RI, 2005)
· Cara PSN
malaria
PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M’, yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).
b. Menutup rapat–rapat
tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2).
c. Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan (M3).
Selain itu ditambah dengan cara
lainnya, seperti :
a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan
tanah, dan lain-lain).
d. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras
atau di daerah yang sulit air.
e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air.
f. Memasang
kawat kasa.
g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
i.
Menggunakan kelambu.
j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
k. Keseluruhan cara tersebut di atas dikenal dengan istilah ‘3M Plus’.(Depkes RI,
2005).
· Pelaksana
PSN DBD
Pelaksana PSN DBD menurut Depkes RI (2005) yaitu :
a. Di rumah
Dilaksanakan oleh anggota keluarga.
b.
Tempat-tempat umum
Dilaksanakan oleh petugas yang
ditunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat-tempat umum, seperti :
1) Kantor
oleh petugas kebersihan kantor
2) Sekolah
oleh petugas kebersihan sekolah
3) Pasar
oleh petugas kebersihan pasar
4) Dan
lain-lain.
a) Lingkungan biologik,
tumbuhan
bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan
larva karena dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan
mahluk hidup lainnya, serta adanya tambak ikan juga akan mempengaruhi populasi
nyamuk.
b) Lingkungan sosial budaya
Kebiasaan beraktifitas manusia untuk
berada di luar rumah sampai tengah malam akan memudahkan nyamuk untuk
menggigit, perilaku masyarakat terhadap malaria akan mempengaruhi kesediaan
masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatan lingkungan,
menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat
nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan,
pertambangan dan pembangunan pemukiman baru/transmigrasi akan menyebabkan
perubahan lingkungan yang menguntungkan malaria (”man-made malaria”)
(Harijanto, 2000).
D. PENATALAKSANAAN
A. Terapi Umum
1.
Istirahat
tidak perlu istirahat mutlak
tidak perlu istirahat mutlak
2.
Diet
Makanan biasa
Makanan biasa
3.
Medikamentosa
- Obat pertama:
Klorokin basa :
- Obat pertama:
Klorokin basa :
o Hari pertama 600 mg, disusul 300 mg
setelah 6 jam.
o Hari kedua dan ketiga masing-masing
300 mg atau dosis disedsrhanakan menjadi 2 x 300 mg/hari. Dosis total 1500 mg.
Pada plasmodium vivax ditambahkan primakin 15 mg/hari selama
14 hari hari diberikan bersama atau setelah pemberian klorokin, sedangkan pada
P. falciparum diberikan 3 sampai 5 hari saja untuk mensterilkannya.
- Obat Alternatif
- Obat Alternatif
o Amodiakin 3 x 200 mg hari pertama, disusul
2 x 200 mg pada 2 hari berikutnya.
o Sulfadoksin-pirimetamin (Fansidar)
dosis tunggal 2 – 3 tablet.
o Kina (Quinine sulfat) 3 x 650 mg
oral selama 7 – 14 hari
o Meflokoin 15 sampai 25 mg/kg BB,
dosis tunggal peroral atau terbagi dalam 2 dosis setiap 12 jam.
o Halonfantrin dengan dosis 500 mg
tiap 6 jam, total 1500 mg.
o Qinghaosu, kinghaosu, dan
Pironaridin.
Beberapa antimikroba dapat digunakan
untuk malaria yaitu:
o Tetrasiklin 4 x 250 mg/hari, 7 – 10
hari
o Doksisiklin 2 x 100 mg/hari, 7 hari
o Klindasimin 3 x 300 mg/hari, 7 – 10
hari
o Spiramisin 3 x 500 mg
o Rifampisin 1 x (450 – 600) mg
o Flouroquinolon
o Sulfanamid
Jenis pengobatan malaria :
A. Kemoprofilaksis
jarang dilakukan
B. Pada keadaan akut
A. Kemoprofilaksis
jarang dilakukan
B. Pada keadaan akut
16.Klorokin basa (lihat pada terapi
umum di atas). Apabila terpaksa diberi obat secara parentral, diberikan
klorokin 200 mg IM/6 jam, maksimal 800 mg/hari.
17.Kina sulfas.
Kina HCl dalam NaCl fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam infus dan diulangi 12 jam kemudian, maksimal 1800 mg/24 jam.
Kina HCl dalam NaCl fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam infus dan diulangi 12 jam kemudian, maksimal 1800 mg/24 jam.
C. Terapi supresif, agar tidak
timbul serangan malaria. jenis obat yang digunakan :
18.Klorokin untuk :
§ Pendatang sementara ke daerah
endemis. Dosis klorokin: 300 mg/minggu, 1 minggu sebelum berangkat, selama
berada di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali.
§ Penduduk di daerah endemis dan penduduk
baru yang akanm menetap tinggal, dianjurkan menelan klorokin 300 mg/minggu
selama 6 tahun atau amodiakin 600 mg/2 minggu.
§ Semua penderita demam di daerah
endemis diberi klorokin dosis tunggal 600 mg. Bila di daerah itu plasmodium
falsiparum sudah resisten terhadap klorokin, ditambahkan primakin sebanyak 3
tablet.
2. Mepakrin 100 mg/hari dimulai 2
minggu sebelum sampai hingga 4 minggu setelah keluar dari daerah endemis
tersebut.
3. Pirimetamin (Daraprim) 50 mg/minggu sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
4. Proguanil 100 mg/hari atau 300 mg dosis tunggal/minggu sampai dengan 4 minggu setelah kembali.
5. Kina 1 tablet (250 mg)/hari sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan lokasi
3. Pirimetamin (Daraprim) 50 mg/minggu sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
4. Proguanil 100 mg/hari atau 300 mg dosis tunggal/minggu sampai dengan 4 minggu setelah kembali.
5. Kina 1 tablet (250 mg)/hari sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan lokasi
D. Terapi radikal, untuk
menghilangkan seluruh parasit malaria dalam tubuh, diberikan obat :
o Klorokin, seperti terapi akut
bersama dengan primakin 15 mg selama 14 hari.
o Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR)
plus primakin.
E. Terapi kasus-kasus khusus
1.
Malaria
serebral, dirawat di ruangan perawatan intensif (ICU). Obat diberikan parentral
adalah :
§ Klorokin 200 mg IM, diulangi 6 jam
kemudian. Dosis maksimal 800 mg/hari, hati-hati!
§ Kina hidroklorida dalam NaCl
fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam, diulangi 12 jam kemudian. Dosis
maksimal 1800 mg/24 jam. kalau sudah sadar diteruskan dengan pemberian peroral
3 x 650 mg – 7 hari sejak hari pertama pemberian.
§ Kinidin (isomer kina) 15 mg basa/kg
BB dalam larutan seperti pada kina. Dilanjutkan peroral setelah sadar.
§ Dekstran molekul rendah, 500 cc/24
jam
§ Bila ada hipoglikemi, diberikan 50
ml glukosa 40% IV, lalu diteruskan dengan dekstrose 10%.
§ Ada yang berhasil dengan
pentoksifilin 600 mg/hari plus kini dan klindasimin
§ Bila kejang-kejang diberikan :
fenobarbital 3,5 mg/kg BB: Diazepam 10 -20 mg/IV atau klorpromazin 50 – 100
mgIM
§ Pentoksifilin 600 mg/hari
§ Kinin + klindasimin
2. Gagal ginjal akut
Perlu dipertimbangkan hemodialisis secepatnya, pengaturan cairan dan elektrolit
Perlu dipertimbangkan hemodialisis secepatnya, pengaturan cairan dan elektrolit
3. Malaria biliosa
Tidak ada tindakan khusus. Kina dapat diberikan 20 mg/kg.
Tidak ada tindakan khusus. Kina dapat diberikan 20 mg/kg.
4. Hipoglikemi
Apabila kadar gula darah sangat rendah (40 mg%), segera berikan 40 – 50 ml dekstrosa 40% bolus, lalu dilanjutkan glukosa 10%/infus. Dapat juga diberikan obat yang menekan prodoksi insulin sepereti diazoxide, glukagon atau somastatin analogue
Apabila kadar gula darah sangat rendah (40 mg%), segera berikan 40 – 50 ml dekstrosa 40% bolus, lalu dilanjutkan glukosa 10%/infus. Dapat juga diberikan obat yang menekan prodoksi insulin sepereti diazoxide, glukagon atau somastatin analogue
5. Malaria Algid
Terutama ditujukan untuk mengatasi syok yang ada
Terutama ditujukan untuk mengatasi syok yang ada
6. Edema paru
Karena edema paru umumnya fatal, yeng terpenting adalah pencegahannya seperti : pemberian cairan harus hati-hati, transfusi darah pelan-pelan, pemberian diuretika
Karena edema paru umumnya fatal, yeng terpenting adalah pencegahannya seperti : pemberian cairan harus hati-hati, transfusi darah pelan-pelan, pemberian diuretika
7. Anemi berat
Transfusi darah pelan-pelan (lebih baik darah segar) bila Hb gr% atau hematokrit turun
Transfusi darah pelan-pelan (lebih baik darah segar) bila Hb gr% atau hematokrit turun
8. Black water fever
§ Harus istirahat
§ Menghentikan muntah dengan sedatif
atau transkuiliser (klorpromasin, diazepam)
§ Bila hipotensi, secepatnya diberi
cairan plasma atau darah
§ Transfusi bila Hb gr% atau RBC
juta/mm3.
§ Bila ureum 200 mg%, perlu
hemodialisis
§ Bila parasitemi tinggi diberikan
klorokin atau amodiakin. Bial resisten diberikan sulfadoksin + pirimetamin.
9.
Malaria
pada ibu hamil
i.
Klorokin
Dosis seperti terapi umum di atas (600 mg –>300 mg: 300 mg: 300 mg)
Dosis seperti terapi umum di atas (600 mg –>300 mg: 300 mg: 300 mg)
ii.
Pirimetamin
+ sulfadoksin (FANSIDAR) 1 x 3 tablet
BAB III
KASUS
Menurut
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) di Indonesia terjadi 15 juta
kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka
kejadian kasus Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada
tahun 2004 yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis
malaria sebesar 23,8 perseribu penduduk. Proporsi kematian karena malaria
berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, adalah sebesar 2%.
Jumlah Kabupaten endemis di Indonesia adalah 424 Kabupaten Dari 576 Kabupaten
yang ada, dan diperkirakan 42,4 % penduduk beresiko tertular (Sampri, 2007).
Kecamatan
Sampaga yang merupakan tempat puskesmas Tarailu berada terdapat 224 kasus pada
tahun 2004 mengalami peningkatan kasus sebesar 560 kasus pada tahun 2005 dan
terus meningkat sampai akhir tahun 2006 yaitu sebesar 741 kasus (Data DinKes,
BPS Kab. Mamuju, 2006). Pada tahun 2007 data kasus malaria yang dilaporkan
yaitu sebesar 800 kasus
Penelitian
ini ditujukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan
malaria serta gambaran faktor yang menunjang keberhasilan pengobatan malaria di
Puskesmas Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju.
BAB IV
ANALISA
![]() |
A.
Penjamu
1.
Faktor keturunan
Malaria dapat menular melalui faktor
keturunan. Contohnya bayi baru lahir yang ibunya
menderita malaria.penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar
plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang
infeksi dari ibu kepada janinnya
2.
Mekanisme pertahanan
tubuh
Malaria dapat menular karna makanisme
pertahanan tubuh menurun. Jadi mudah untuk terserang penyakit malaria.
3.
Umur
Dapat disebabkan oleh umur yang terlalu
muda dan terlalu tua.
4.
Jenis kelamin
Jenis kelamin tidak berpengaruh dalam
penularan penyakit malaria.
5.
Ras
Ras tidak mempengarui penularan penyakit
malaria
6.
Pekerjaan
Pekerjaan tidak dapat berpengaruh dalam
penularan penyakit malaria
7.
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup sangat berpengaruh,
karena kebiasaan hidup yang jelek mempermudah penularan penyakit malaria.
8.
Psikologi
Psikologis berpengaruh dalam penularan
penyakit malaria, karena jika psikologisnya buruk secara tidak langsung
mempengaruhi kebiasaan hidup juga buruk dan juga mekanisme tubuh.
9.
Status Nutrisi
Nutrisi penting dalam mekanisme
pertahanan tubuh untuk berperan meningkatkan imun dalam tubuh.
B.
Agen
1.
Gol Biologik
Disebabkan oleh Mikroorganisme (plasmodium
yaitu Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae,
Plasmodium falciparum,
Plasmodium ovale,
Plasmodium Knowlesi )
2.
Gol gizi
Tidak disebabkan oleh golongan gizi
3.
Gol fisik
Kelembaban menyebabkan adanya sarang
nyamuk.
4.
Gol kimia
Tidak di sebabkan oleh golongan kimia
C.
Lingkungan
Lingkungan yang tidak baik (banyak genangan,
sampah berserakan, dan gelap) penyebab munculnya nyamuk.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
1. Terdapat
hubungan antara biaya penunjang yaitu biaya transportasi dan biaya makan (jika
dirawat inap) dengan keberhasilan pengobatan malaria.
2. Terdapat
hubungan antara kepatuhan minum obat dengan keberhasilan pengobatan malaria.
3. Mayoritas
responden (petugas kesehatan) mengatakan puskesmas tempat mereka bekerja
memiliki fasilitas kesehatan yang memadai yaitu sebesar 68%.
4. Mayoritas
responden (petugas kesehatan) memiliki pengetahuan cukup tentang pengobatan
penyakit malaria yaitu sebesar 76%.
Saran
1.
Disarankan kepada pemerintah setempat melalui Dinas Kesehatan, pada wilayah
yang jauh dari sarana kesehatan dan transportasi tidak lancar diadakan
penambahan sarana kesehatan sehingga masyarakat tidak mengeluarkan biaya
penunjang seperti biaya transport untuk menjangkau sarana kesehatan.
2. Petugas P2 malaria
Puskesmas beserta timnya bekerjasama dengan masyarakat, yaitu salah satunya
petugas kesehatan, masyarakat dan keluarga penderita dilibatkan secara langsung
dalam proses pengobatan untuk menghindari pemakaian obat secara tidak teratur.
Disamping itu, memberikan pengertian kepada penderita malaria, tentang
pentingnya pengobatan dalam upaya pemberantasan malaria dan dampak yang
dihadapi bila pengobatan dilakukan tidak sesuai dengan aturan. selain itu
petugas dan masyarakat harus lebih ketat lagi
memantau pelaksanaan pengobatan malaria di wilayahnya agar pengobatan
dapat terlaksana dengan baik. Dengan demikian, kejadian
resistensi plasmodium terhadap obat anti-malaria dapat dihindari.
3. Walaupun
tidak semua puskesmas memiliki fasilitas kesehatan memadai (memiliki
laboratorium), ada baiknya pemeriksaan malaria dilakukan dengan menggunakan tes
lab yaitu pemeriksaan DDR untuk lebih memastikan bahwa penderita positif
dinyatakan menderita malaria. Karena dengan fasilitas kesehatan yang memadai
akan membantu dalam penegakan diagnosis malaria dan mempermudah dalam pemberian
obat yang tepat.
4. Sebaiknya
diadakan pelatihan dan pendidikan untuk petugas kesehatan yang ada khususnya
bagi petugas kesehatan yang bekerja di puskesmas pembantu yang tidak ditunjang
dengan sarana laboratorium.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Arsunan, Arsin
A. 2004. Hasil Penelitian : Risiko Genetik pada Kejadian Malaria di Daerah
Kepulauan Kab. Pangkajene Prop. Sulawesi Selatan. Makassar.
Arum, dkk,
2006. Uji Diagnostik Plasmodium Malaria Menggunakan Metode Imunokromatografi
Diperbandingkan Dengan Pemeriksaan Mikroskopis. http:/www.journal.unair.ac.id Diakses 25 September 2007.
Amirullah,
Astuti. 2004. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil
Meminum Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Alliritengae Kec. Turikale Kab.
Maros. Tidak Dipublikasikan.
Emiliana,
Tjitra. 2002. Manifestasi Klinis dan Pengobatan Malaria. Jakarta. Cermin
Dunia Kedokteran.
Harijanto, P.N.
2000. Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis & Penanganan.
Jakarta. EGC.
Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit
Dan Vektor Malaria Di Indonesia. http://library.usu.ac.id. Diakses 26 September 2007
Hardjo Prawira, dkk. 2002. Komparasi
Efikasi Antara Kombinasi Klorokuin-Primakuin, Sulfadoksin-Pirimetamin, dan
Doksisiklin-Kina. http://www.tempo.co.id. Diakses 26 September 2007
Kanang,
Hariyati. 2004. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Efektifitas Pengobatan Malaria di puskesmas
Batauga kabupaten Buton Tahun 2004. http://www.skripsi-tesis.com. Diakses 12
februari 2008
Kaseke,
Martha Marie. 2003. Penilaian Kegagalan Pengobatan Klorokuin Terhadap
Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di
Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara. Yogyakarta : Program
Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada.
Kristiani,
Musril. 2007. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Masyarakat Miskin di
Puskesmas Simpang Pandan. Yogyakarta : Program
Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada.
Mansjoer,
Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Tiga. Jilid 1.
Jakarta. Media Aesculapius.
Mukhlis.
2002. Faktor Yang Berhubungan Dengan Efektifitas Pengobatan Penyakit Malaria
di Kabupaten Majene Tahun 2001. Tesis Tidak di Terbitkan. Makassar :
Program Pasca Sarjana. Universitas Hasanuddin.
Ndoen, Ermi ML,
2006. Malaria, Pembunuh Terbesar Sepanjang Abad. http://kesehatanlingkungan.wordpress.com. Diakses 25
September 2007.
Notoatmodjo,
Soekidjo Dr. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta
: Rineka Cipta.
Prabowo,
Arland dr. 2004. Malaria Mencegah & Mengatasinya. Jakarta. Puspa
Swara.
Profil
Kabupaten Mamuju Tahun 2006. Badan Pusat Stastistik Kabupaten Mamuju. 2006.
Mamuju.
Profil
Kesehatan Kabupaten Mamuju 2004. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 2005.
Mamuju.
Profil
Kesehatan Puskesmas Tarailu 2004. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 2005.
Mamuju.
Profil
Kesehatan Puskesmas Tarailu 2006. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 2007.
Mamuju.
Rahayu,
Paramitha, 2001. Studi
perbandingan optimasi distribusi spesial fasilitas kesehatan Puskesmas: studi
kasus Kotamadya Semarang, suatu usulan. gdl-lib@litbang.depkes.go.id. Diakses 12 februari
2008.
Riset
Operasional Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003.
2004. Departemen Kesehatan Kerjasama Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Surahmawati.
2004. Studi Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Mangasa
Kota Makassar Tahun 2004. Skripsi Tidak di Terbitkan. Makassar :
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.
Sutanto, Inge.
2005. Berbagai Tantangan Dalam Diagnosis dan Pengobatan Malaria Pada
Permulaan Abad 21. Dalam Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta. Yayasan
Penerbitan IDI.
Tunny,
Azis.2006. Mendulang Uang di Kota, Daerah Pedalaman Krisis
Dokter. http://www.fkmcpr.nl.
Diakses 10 Desember 2007.
Yatim,
Faisal, dr. 2007. Jilid 2. Macam-macam Penyakit Menular & Pencegahannya.
Jakarta.
Pustaka Obor Populer.
Zein, Umar.
2003. Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. http://Library.usu.ac.id
Diakses 10 Desember 2007
Ada beberapa solusi alami yang dapat digunakan dalam pencegahan dan menghilangkan diabetes secara total. Namun, satu-satunya aspek paling penting dari rencana pengendalian diabetes adalah mengadopsi gaya hidup sehat Kedamaian Batin, Nutrisi dan Diet Sehat, dan Latihan Fisik Reguler. Keadaan kedamaian batin dan kepuasan diri sangat penting untuk menikmati kesehatan fisik yang baik dan atas semua kesejahteraan. Kedamaian batin dan kepuasan diri adalah kondisi pikiran yang adil. Orang dengan penyakit diabetes sering menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif. Saya didiagnosis menderita diabetes pada tahun 2000. Sedang bekerja merasa sangat lelah dan mengantuk. Saya meminjam glukometer dari rekan kerja dan diuji pada 760. Segera pergi ke dokter saya dan dia memberi saya resep seperti: Insulin, Sulfonamides, tetapi saya tidak bisa mendapatkan penyembuhan daripada mengurangi rasa sakit dan menghilangkan rasa sakit lagi. Saya menemukan nama kesaksian wanita Comfort online bagaimana Dr Akhigbe menyembuhkan HIV-nya dan saya juga menghubungi dokter dan setelah saya minum obatnya seperti yang diperintahkan, saya sekarang benar-benar bebas dari diabetes oleh dokter jamu Akhigbe. Jadi pasien diabetes yang membaca kesaksian ini untuk menghubungi emailnya drrealakhigbe@gmail.com atau Nomornya +2348142454860 Ia juga menggunakan ramuan herbalnya untuk penyakit seperti: Gigitan SPIDER, SCHIZOPHRENIA, LUPUS, DEMAM BERDARAH, MALARIA, INFEKSI EKSTERNAL, UMUM DINGIN, DASAR GABUNGAN, DASAR BAYAM, GERAKAN, STROKE, STROKE TUBERKULOSIS, PENYAKIT PERUT. ECZEMA, PROGERIA, MAKAN GANGGUAN, INFEKSI RESPIRATORI RENDAH, DIABETIKA, HERPES, HIV / AIDS,; ALS, DIARRHEA KABEL, KABEL, KANKER, MENINGITIS, HEPATITIS A DAN B, THYROID, ASCEMA, PENYAKIT HARI, KABUPATEN. AUTISM, NAUSEA Muntah ATAU DIARE, PENYAKIT GINJAL, EREKSI LEMAH. MATA TWITCHING MENSTRUATION PAINFUL ATAU IRREGULAR. Akhigbe adalah pria yang baik dan dia menyembuhkan semua tubuh yang datang kepadanya. di sini adalah email drrealakhigbe@gmail.com dan Nomornya +2349010754824
BalasHapus