Pages

Sabtu, 13 April 2013

makalah malaria


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat mempengaruhi angka kematian dan kesakitan bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktifrtas tenaga kerja. Lebih dari 15 (lima belas) juta penderita malaria klinis dengan 30.000 kematian yang dilaporkan melalui unit pelayanan kesehatan setiap tahun (Survey Nasional Kesehatan Rumah Tangga 1995). Umumnya penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan sebagian besar penderitanya dari golongan ekonomi lemah. Kesehatan lingkungan mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekosistem dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan mengendalikan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit malaria. Interaksi lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh (Fathiet al., 2005).
MenurutArbani (1992) pemberantasan malaria di Indonesia hanya dikelompokkan menjadi dua strategi pembagian pengelompokan wilayah untuk Jawa -Bali dan luar Jawa-Bali secara umum. Mengingat spesies Anopheles yang berperan sebagai vector malaria di tiap daerah berbeda dengan bioekologi yang berbeda pula, semen tara Iingkungan geografi wilayah Indonesia sangat beragam, serta mempunyai ciri sosioanthrophologi budaya yang unik, maka untuk menentukan strategi pemberantasan malaria di daerah endemis harus mengacu kepada data tersebut. Dengan diketahllinya data tersebut diatas maka dapat dipahami epidemiologi penyakitnya, dengan demikian strategi pemberantasannya dapat ditentukan secara tepat sesuai dengan kondisi setempat.
Menurut drg.Agus susanto dalam bukunya yang berjudul “WASPADAI GIGITAN NYAMUK”masyarakat haruslah berpartisipasi aktif dalam memerangi p[enyakit malaria dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Sebagaimana kita telah ketahui, penyebar penyakit malaria adalahb nyamuk. Selama ini kendala terbesar dalam upaya penanggulangn penyakit malaria adalah cara memberantas nyamuk penyebar penyakit ini. Lingkungan yang kotor atau tidak terawat merupakan tempat yang paling ideal untuk perkembang biakan nyamuk. Oleh karena itu, kesdaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit malaria. Gerakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M (menguras, mengubur dan menutup) perlu di galakkan , tidah hanya jika telah menjadi wabah. Jika pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam penangulangan malaria di harapkan angka penyebaran dan kematian akibat penyakit ini dapat di tekan sehingga generari mendatang dapat hidup dalam kondisi yang baik.
Desa pacalan adalah salah satu desa yang ada di kecamatan magetan kabupaten magetan propinsi jawa timur yang termasuk dlam kategori daerah endemis malaria sedang dengan angka Annual Malaria Incidence (AMI) pada tahun 2002 sebesar 11,2 per 1000 penduduk, dan pada tahun 2003 sebesar 8.2 per 1000 penduduk (Dinkeskab magetan, 2004). Permasalahannya adalah apakah terdapat pengaruh lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap angka kejadian malaria?.
  1. Rumusan masalah
1. faktor-faktor apakah panyebab terjadinya penyakit malaria?
  1. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktof-faktor penyebab terjadinya malaria
2. Tujuan khusus
a. Mengindentifikasi factor –foktor penjamu (host) terjadi malaria sesuai segitiga epidemiologi.
b. Mengindentifikasi factor –foktor penyebab penyakit (agent) terjadi malaria sesuai segitiga epidemiologi.
c. Mengindentifikasi factor –foktor lingkungan (environtment) terjadi malaria sesuai segitiga epidemiologi.
Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah menganalisis adanya pengaruh lingkungan dan perilaku masyarakat yang dominant terhadap kejadian malaria.
  1. Manfaat
1. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit malaria.
2. Bagi peneliti lain
Dapat sebagai referensi untuk di lakukan penelitian lebih lanjut.


BAB II
LANDASAN TEORI
  1. Etiologi penyakit
1. Pengertian penyakit malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk Anopheles. Relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari(www.Depkes.go.id )

2. Cara Penularan Malaria
Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara yaitu secara alamiah dan non alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria (Prabowo, 2004 ). Saat menggigit nyamuk mengeluarkan sporosit yang masuk ke peredaran darah tubuh manusia sampai sel – sel hati manusia. Setelah satu sampai dua minggu digigt, parasit kembali masuk ke dalam darah dan mulai menyerang sel darah merah dan mulai memakan haemoglobin yang membawa oksigen dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil dan menyebabkan anemia (Depkes,2003).
Nyamuk Anopheles betina yang menggigit orang sehat, maka parasit itu dipindahkan ke tubuh orang sehat dan jadi sakit. Seorang yang sakit dapat menulari 25 orang sehat sekitarnya dalam waktu musim penularan (3 bulan di mana jumlah nyamuk meningkat)(www.Depkes.go.id )
Penularan non-alamiah terjadi jika bukan melalui gigitan nyamuk anopheles. Beberapa penularan malaria secara non alamiah antara lain : malaria bawaan (Kongenital) adalah malaria pada bayi baru lahir yang ibunya menderita malaria.penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Gejala pada bayi baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering menangis dan rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan atau minum, serta kuning pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini dibedakan dengan infeksi kongenital lainnya. Pembuktian pasti dilakukan dengan deteksi parasit malaria pada darah bayi. Selain itu Transfusion malaria yakni infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama- sama pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi organ. (Prabowo, 2004)
3. Macam - Macam Malaria
Ada 4 jenis penyebab malaria pada manusia antara lain :
1) Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka kematian yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozitnya menginfeksi sel darah merah dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies ini menjadi penyebab 50% malaria di seluruh dunia.
2) Plasmodium vivax . spesies ini cenderung menginfeksi sel – sel darah merah yang muda. (retilkulosit) kira – kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan oleh plasmodium vivax.
3) Plasmodium malariae, mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel – sel darah merah yang tua.
4) Plasmodium ovale. Prediksinya terhadap sel – sel darah merah mirip dengan plasmodium vivax (menginfeksi sel – sel darah muda) (Sutisna, 2004)
Ada juga seorang penderita di infeksi lebih dari satu spesies plasmodium secara bersamaan. Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksion. Infeksi campuran paling banyak disebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium falcifarum dan plasmosium vivax atau plasmodium vivax dan plasmodium malariae. Jarang terjadi infeksi campuran disebabkan oleh plasmodium vivax dan plasmodium malariae. Lebih jarang lagi infeksi campuran oleh tiga spesies sekaligus. Infeksi campuran banyak dijumpai di wilayah yang tingkat penularan malarianya tinggi.
4. Gejala - Gejala Malaria
Gejala–gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh penderita, jenis plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang menginfeksinya. Waktu terjadinya infeksi pertama kali disebut masa inkubasi sedangkan waktu diantara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit malaria dalam darah disebut periode prapaten ditentukan oleh jenis plasmodiumnya.
Tabel 1: Periode Prapaten dan Masa Inkubasi Plasmodium
NO
Jenis Plasmodium
Periode Prapaten Masa Inkubasi
1
2
3
4
P. Falcifarum
P. Vivax
P. Malariae
P. Ovale
11 Hari 9 – 14 Hari
12,2 Hari 12 – 17 Hari
32,7 Hari 18 – 40 Hari
12 Hari 16 – 18 Hari
Umumnya gejala yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum lebih berat dan dan lebih akut dibandingkan dengan jenis plasmodium lainnya. Gambaran khas dari penyakit malaria adalah adanya demam periodik, pembesaran limpa, dan anemia (Prabowo, 2004).
1) Demam
Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan panas terjadi bersamaan dengan lepasnya merozoit – merozoit ke dalam peredaran darah (proses sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Serangan demam pada malaria terdiri dari tiga :
a. Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari –jari pucat kebiru – biruan (sianotik). Kulitnya kering dan pucat penderita mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Periode ini berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam
b.Stadium demam
Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau muntah – muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
c. Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai membasahi tempat tidur. Namun, suhu badan pada fase ini turun dengan cepat kadang – kadang sampai dibawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga , ia merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih bersarang. Stadium inu berlangsung selama 2 - 4 jam. (Prabowo, 2004)
2) Pembesaran Limpa
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa membengkak dan terasa nyeri.limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel – sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama – lamakonsistensi limpa menjadi keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik limpa berangsur normal kembali (Prabowo, 2004).
3) Anemia
Anemia terjadi disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang (Prabowo, 2004).
5.Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria
Kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu daerah ditentukan oleh faktor – faktor berikut :
a) Faktor penyebab ( Parasit malaria)
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria, genus plasmodium. Ciri utama genus plasmodium adalah adanya dua siklus hidup, yaitu :
1) Fase seksual
Siklus dimulai ketika nyamuk anopheles betina menggigit manusia dan memasukan sporozoit yang terdapat pada air liurnya ke dalam aliran darah manusia. Memasuki sel parenkim hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit, disebut fase skizogoni eksoeritrosit karena parasit belum masuk ke dalam sel darah merah.lama fase ini berbeda untuk setiap spesies plasmodium.pada akhir akhir fase ini, hati pecah, merozoit keluar lalu masuk ke dalam aliran darah. Fase eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang sel darah merah dan membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit – skizon- merozoit. Setelah dua sampai tiga generasi merozoit terbentuk lalu sebagian berubah menjadi bentuk seksual
2) Fase aseksual
Saat nyamuk anopheles betina mengisap darah manusia yang mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk ke dalam perut nyamuk. Selanjutnya menjadi mikrogametosit dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet) yang kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika ookista pecah ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapaikelenjar air liur nyamuk dan siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia (Prabowo. 2004 )
b) Faktor inang
Penyakit malaria mempunyai dua inang antara lain :
1) Manusia (intermediate host)
Faktor yang mempengaruhi antara lain : jenis kelamin (pada ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat) imunitas, penghasilan, perumahan, pemakaian kelambu, dan obat anti nyamuk.
2) Nyamuk anopheles (defenitife host)
Nyamuk anopheles betina sebagai vektor penyebab menularnya penyakit malaria. Nyamuk ini membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau yang mengalir perlahan untuk meletakkan telur – telur nya, sebaga tempat untuk berkembang biak. Biasanya aktif mencari darah pada malam hari , ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada juga yang mulai tengah malam sampai menjelang pagi hari (Depkes, 1999). Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5 – 3 Km dari tempat perindukan. Umur nyamuk anopheles dewasa di alam bebas belum diketahui tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 – 5 minggu. (Prabowo. 2004 )
c) Faktor lingkungan ( Enviroment )
1) Fisik
Suhu sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu, makin panjang masa ekstrinsiknya. Hujan yang berselang dengan panas berhubungan langsung dengan perkembangan larva nyamuk (Depkes, 1999) Air hujan yang menimbulkan genangan air merupakan tempat yang ideal untuk perindukan nyamuk malaria. Dengan bertambahnya tempat perindukan , populasi nyamuk malaria bertambah sehinggah bertambah pula jumlah penularannya. (Prabowo. 2004 )
Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembapan 60 % merupakan batas paling rendah yang memungkinkan untuk nyamuk hidup. Pada kelembapan yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan malaria ( Harijanto, 2000 )
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda – beda. Ada yang menyukai tempat terbuka dan ada yang hidup di tempat yang teduh maupun di tempat yang terang.
2) Biologi
Tumbuhan semak, sawah yang berteras, pohon bakau, lumut, ganggang merupakan tempat perindukan dan tempat – tempat peristirahatan nyamuk yang baik. Adanya belbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambus, nila, mujair mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah (Depkes, 1999)
3) Sosial budaya
Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesadaran masyarakat memberantas malaria
6.Cara Penularan Penyakit Malaria
Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitannyamuk anopheles.
2. Penularan yang tidak alamiah.
a. Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.
b. Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularanmelalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernahdilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena denganmenggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
c. Secara oral (Melalui Mulut).
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagisimpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh Penyakit Malaria, belum diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi plasmodia yang biasanya menyerang manusia Infeksi malaria pada waktu yang lalu sengaja dilakukan untuk mengobati penderita neurosifilis yaitu penderita sifilis yang sudah mengalami kelainan pada susunan sarafnya cara ini sekarang tidak pernah lagi dilakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penularan alamiah seperti adanya gametosit pada penderita, umur nyamuk kontak antara manusia dengan nyamuk dan lain-lain.
7.Penyebaran Malaria
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS (Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling Juas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik.
Plasmodium Falciparum jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit Malaria hampir sama dengan penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya.
Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut.
Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara 1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar. Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.
8. Pencegahan Penyakit Malaria
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian obat Chloroquine bila mengunjungi daerah endemik malaria.

9. Vektor Penyakit
Di dalam program pemberantasan malaria yang utama dilakukan adalah pemberantasan vektor. Dalam hal ini supaya mendapatkan hasil yang maksimal, perlu didukung oleh data penunjang yang menerangkan tentang seluk-beluk vector yang berperan. Untuk menentukan metode pemberantasan yang tepat guna, perlu diketahui dengan pasti musim penularan serta perilaku vektor yg bersangkutan. Penentuan musim penularan yang tepat perlu didukung oleh data entomologi yang baik dan benar, metode yang dipilih harus sesuai dengan perilaku vektor yang menjadi sasaran. Dalam pemberantasan penyakit malaria sangat erat hubungannya dengan aspek entomologi. Dalam hal ini aspek entomologi menjadi tanggung jawab unit lain diluar unit pemberantasan malaria, maka untuk mencapai basil yang maksimal diperlukan suatu koordinasi yang mantap, serta sinkronisasi program antara unit entomologi dengan unit pemberantasan malaria.
Tujuan kegiatan entomologi untuk menunjang program pemberantasan malaria adalah:
1) Mengetahui Anopheles yang berperan sebagai vektor, atau yang diduga
2) sebagai vektor, disertai dari dasar nyamuk tersebut, misalnya keterangan mengenai musim penularan status kerentanannya terhadap DDT dan beberapa aspek perilakunya. Mengetahui keadaan vektor, kaitannya dengan perubahan lingkungan, baik karena
3) perubahan alamiah maupun karena ulah manusia.
4) Mengetahui hasil upaya pemberantasan vektor.
5) Menemukan cara pemberantasan yang berhasil guna dan berdaya guna.
a. Nyamuk Anopheles
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria.
Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria. Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:
1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat.
2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.
4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
5. Plasmodium Knowlesi
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi,. infeksi campuran ini biasanya terjadi terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.
b. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :
1. Tingkatan di dalam air.
2. Tingkatan di luar temp at berair (darat/udara).
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.
c. Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk
Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami. Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya harus disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada variasinya. Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik didaerah yang sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan mengalami perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar misalnya perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena ulah manusia.
1. Perilaku Mencari Darah.
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
b) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anophelespada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.
c) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.
d) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas:antropofilik apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.
e) Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
2. Perilaku Istirahat.
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.
3. Perilaku Berkembang Biak.
Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An.Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan.
  1. Pengetahuan
1. Pengetahuan masyatakat tentang penyakit malaria
Pengetahuan masyatakat tentang penyakit malaria mempengaruhi pada proses penyebaran penyakit malaria karena masyarakat akan tidak peduli terhada penyakit malaria.
Menurut Notoatmodjo (1993)menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Pengetahuan memang merupakan faktor yang penting namun tidak mendasari pada perubahan perilaku kesehatan, walaupun masyarakat tahu tentang malaria belum tentu mereka mau melaksanakannya dalam bentuk upaya pencegahan dan pemberantasan.
Pengetahuan tentang penularan penyakit malaria tidak mengalami kenaikan, kecuali dalam hal cara mengobati penyakit malaria. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki oleh masysrakat sebelum intervensi karena sudah merupakan daerah yang telah banyak melakukan upaya penanggulangan penyakit malaria, seperti penyemprotan. Demikian pula dengan pengetahuan tentang pencegahan gigitan nyamuk juga hanya mengalami sedikit perubahan, sebelum intervensi masih cukup banyak masyarakat yang mengusir nyamuk dengan membakar daun kelapa (22.3%), akan tetapi setelah diadakan intervensi angka ini turun walaupun masih ada (10.4%).
Pada awal penelitian sudah terlihat adanya pengetahuan penduduk mengenai malaria, Akan tetapi tidak diikuti dengan tindakan sehari-hari yang sesuai. Mereka tidak melakukan pencegahan karena menganggap malaria merupakan penyakit ringan biasa dan tidak perlu dikhawatirkan. Bahkan mereka mengatakan malaria bukan suatu penyakit karena mereka masih bisa bekerja/sekolah, hal ini karena tingkat pendidikan mereka pada umumnya rendah. Tetapi setelah intervensi, pandangan mereka telah banyak berubah. Masyarakat telah menganggap bahwa penyakit malaria cukup membahayakan dan dapat menyebabkan kesakitan yang menahun
Pengetahuan tentang penularan penyakit malaria tidak mengalami kenaikan, kecuali dalam hal cara mengobati penyakit malaria. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki oleh masysrakat sebelum intervensi karena sudah merupakan daerah yang telah banyak melakukan upaya penanggulangan penyakit malaria, seperti penyemprotan. Demikian pula dengan pengetahuan tentang pencegahan gigitan nyamuk juga hanya mengalami sedikit perubahan, sebelum intervensi masih cukup banyak masyarakat yang mengusir nyamuk dengan membakar daun kelapa (22.3%), akan tetapi setelah diadakan intervensi angka ini turun walaupun masih ada (10.4%).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Rogers (1974) dikutip dari Purwanto, (1998) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :
a. Awarenees (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
b. Interest (merasa tertarik), yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus, disini sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.
e. Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahun dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan, mengidentifikasi dan sebagainya.
b. Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil. Penelitian dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dengan penggunaan kata kerja membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
Penjamu    : Penyakit ini disebabkan oleh daya tahan tubuh yang lemah, umur yang terlalu muda maupun terlalu tua, kebiasaan hidup yang kotor
Agen         : golongan biologik dan fisik
e. Sintesis (syntesis)
Suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru misalnya dapat memecahkan, merencanakan, meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penalaran terhadap materi atau obyek. Penalaran ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Menurut Best (1989) dan Anderson (1990) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan terdiri atas 2 (dua) macam ditinjau dari sifat dan cara penerapannya
a. Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis normatif dan dapat dijelaskan secara lisan dan verbal. Isi dari pengetahuan ini berupa konsep-konsep dan fakta yang dapat ditularkan kepada orang lain melalui ekspresi lisan atau tulisan. Menurut Evans (1991) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) pengetahuan deklaratif berisi konsep dan fakta yang bersifat verbal dan dapat diuraikan dengan kalimat-kalimat statement (pernyataan) maka ia juga disebut stateable concept and fact, yaitu konsep dan fakta yang dapat dinyatakan melalui ekspresi lisan.
b. Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmani yang cenderung bersifat dinamis.
Menurut Best (1989) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan ditinjau dari sudut informasi dan pengetahuan yang disimpan memori manusia terdiri atas dua macam :
a. Semantic Memory (memori semantik) yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
b. Episode memory (memori episodik) yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Best (1989) berpendapat bahwa antara item pengetahuan episodik dan item pengetahuan semantik terdapat hubungan yang memungkinkan bergabungnya item memori episodik dan memori semantik.
Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2002).
Tardif (1987) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak memiliki ilmu pengetahuan dan wawasannya semakin luas sehingga proses pengubahan sikap dan tinkah laku akan semakin baik. Reber (1988) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola dalam pengambilan sikap dan tindakan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang kecenderungan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya akan semakin besar.
Koos (1954) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pengetahuannya dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui proses alamiah manusia setelah ia mengalami, mengamati, menyaksikan dan mengerjakan sesuatu sejak ia lahir sampai dewasa khususnya melalui pendidikan. Sedangkan menurut teori yang dikemukakan oleh Ancok (1981) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) bahwa pengetahuan diperoleh bukan saja melalui pendidikan.
Koentjaraningrat (1977) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan seseorang menyebabkan meningkanya kemampuan dalam menyerap pengetahuan. Ngadiarti (1985) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya.
Beker dan Reinke (1994) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan bahwa tingkat pendidikan sangat relevan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Sedangkan menurut teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penentu (predisposing factors)


C.     Lingkungan Buruk dan Penyakit
Kondisi lingkungan berhubungan erat dengan kesehatan manusia. Udara, air, tanah, dan hewan di lingkungan kita dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit. Apalagi jika tidak dikelola dengan baik.
Dinas Kesehatan unit Puskesmas menjelaskan pengertian sehat menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah keadaan yang seimbang baik mental, social, fisik, tanpa adanya kecacatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan di antaranya, pertama faktor agent atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana faktor ini yang menjadi penyebab dari pada adanya penyakit. Kedua faktor host yaitu manusia sebagai objek penyakit. Ketiga adalah faktor lingkungan dimana lingkungan adalah sebagai medianya.
Manusia dalam hal ini sebagai host atau objek dari suatu penyakit. Penyakit didalam manusia sangat dipengaruhi oleh manusia itu sendiri. Bagaimana sikap atau perilaku manusia terhadap lingkungan. Agen yang bisa menyebabkan manusia itu bisa sakit terdiri dari dua macam yang pertama yang ada dalam tubuh manusia itu sendiri misalnya zat kimia indogent dan kedua adalah yang ada diluar tubuh manusia seperti zat kimia eksogent.
Jenis penyakit yang berbasis lingkungan diantaranya pertama yang disebabkan oleh virus diantaranya ISPA, TBC paru, Diare, Polio, Campak, Cacingan, malaria. Kedua yang disebabkan oleh binatang seperti Flu Burung, Pes, Antrax dll. Ketiga yang disebabkan oleh vector nyamuk di antaranya DBD, Chikungunya, Malaria.
“Untuk daerah Kec. Katapang sendiri jenis penyakit yang diakibatkan faktor lingkungan berdasarkan kejadian, yang menjadi tiga ututan terbesar adalah pertama penyakit Ispa, kedua penyakit Diare dan ketiga penyakit Inspeksi TBC Paru” jelas Bapak Fahan dalam diskusi kesehatan di radio komunikasi PASS FM, Rabu, 13 Agustus 2007.
Beberapa faktor penghambat yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit tersebut adalah seperti pertama faktor kesadaran manusia terhadap kepentingan keehatan dan perlakuan terhadap lingkungannya. Kedua faktor kepadatan penduduk yang cukup padat sehingga faktor penyebarannya akan sangat cepat. Ketiga faktor kultur atau kebiasaan atau kepercayaan yang merugikan, misalnya kebiasaan tidak memakan ikan padahal ikan merupakan sumber makanan yang cukup baik.
Dalam upaya pemberantasan atau pencegahan penyakit-penyakit berbasis lingkungan ini harus ditangani secara bersama-sama tidak bisa secara sendiri-sendiri. Maka dari itu diperlukan promosi kesehatan melalui berbagai media, baik cetak, elektronik, ataupun di pertemuan-pertemuan. Pengaturan lingkungan dengan system management lingkungan yang cukup baik diharapkan lingkungan akan sangat mendorong terciptanya lingkungan yang sehat, sehingga tidak menjadi sumber penyakit bagi manusia. Diadakannya perindungan secara khusus misalnya dengan adanya Imunisasi yang dilakukan secara rutin dan konsisten, serta pemulihan dan pelestarian lingkungan hidup.
Lingkungan mempunyai peran yang penting dalam penyebaran malaria lingkungan yang tempat nmyamuk yang sering di jadikan sebagai ntempat bersrangnya adalah biasanya lembab serta ada kubangan air vyang mengenang karena nyamuk penyabab malaria ini siklus hidupnya suka bertelur dan beersarang pada tempat-tempat tersebut. Masyarakat yang kurang memperhatikan sanitasi lingkungannya dapat menyebabkan vector penyakit ini berkembang biak.
a) Lingkungan fisik,
Terdiri dari suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari, arus air dan kadar garam. Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimun berkisar antara 20 dan 30ºC. Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk, pada kelembaban lebih tinggi menyebabkan aktifitas nyamuk menjadi lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Disamping arah angin sinar matahari juga mempengaruhi pertumbuhan larva nyamuk serta arus air yang deras lebih disukai oleh nyamuk An.minimus, air tergenang disukai nyamuk An.letifer, air yang statis (mengalir lambat) disukai nyamuk An.barbirostris.
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
· Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
· Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
· Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
· Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.
2. pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
adalah kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular malaria (anopheles) di tempat-tempat perkembangbiakannya.(Depkes RI, 2005)
· Cara PSN malaria
PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M’, yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).
b. Menutup rapat–rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2).
c. Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).
Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti :
a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan lain-lain).
d. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.
e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air.
f. Memasang kawat kasa.
g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
i. Menggunakan kelambu.
j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
k. Keseluruhan cara tersebut di atas dikenal dengan istilah ‘3M Plus’.(Depkes RI, 2005).
· Pelaksana PSN DBD
Pelaksana PSN DBD menurut Depkes RI (2005) yaitu :
a. Di rumah
Dilaksanakan oleh anggota keluarga.
b. Tempat-tempat umum
Dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat-tempat umum, seperti :
1) Kantor oleh petugas kebersihan kantor
2) Sekolah oleh petugas kebersihan sekolah
3) Pasar oleh petugas kebersihan pasar
4) Dan lain-lain.
a) Lingkungan biologik,
tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya, serta adanya tambak ikan juga akan mempengaruhi populasi nyamuk.
b) Lingkungan sosial budaya
Kebiasaan beraktifitas manusia untuk berada di luar rumah sampai tengah malam akan memudahkan nyamuk untuk menggigit, perilaku masyarakat terhadap malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan dan pembangunan pemukiman baru/transmigrasi akan menyebabkan perubahan lingkungan yang menguntungkan malaria (”man-made malaria”) (Harijanto, 2000).


D.    PENATALAKSANAAN
A. Terapi Umum
1.    Istirahat
tidak perlu istirahat mutlak
2.  Diet
Makanan biasa
3.  Medikamentosa
- Obat pertama:
Klorokin basa : 
o   Hari pertama 600 mg, disusul 300 mg setelah 6 jam.
o   Hari kedua dan ketiga masing-masing 300 mg atau dosis disedsrhanakan menjadi 2 x 300 mg/hari. Dosis total 1500 mg.
                 Pada plasmodium vivax ditambahkan primakin 15 mg/hari selama 14 hari hari diberikan bersama atau setelah pemberian klorokin, sedangkan pada P. falciparum diberikan 3 sampai 5 hari saja untuk mensterilkannya.
- Obat Alternatif
o   Amodiakin 3 x 200 mg hari pertama, disusul 2 x 200 mg pada 2 hari berikutnya.
o   Sulfadoksin-pirimetamin (Fansidar) dosis tunggal 2 – 3 tablet.
o   Kina (Quinine sulfat) 3 x 650 mg oral selama 7 – 14 hari
o   Meflokoin 15 sampai 25 mg/kg BB, dosis tunggal peroral atau terbagi dalam 2 dosis setiap 12 jam.
o   Halonfantrin dengan dosis 500 mg tiap 6 jam, total 1500 mg.
o   Qinghaosu, kinghaosu, dan Pironaridin.
    
Beberapa antimikroba dapat digunakan untuk malaria yaitu:
o   Tetrasiklin 4 x 250 mg/hari, 7 – 10 hari
o   Doksisiklin 2 x 100 mg/hari, 7 hari
o   Klindasimin 3 x 300 mg/hari, 7 – 10 hari
o   Spiramisin 3 x 500 mg
o   Rifampisin 1 x (450 – 600) mg
o   Flouroquinolon
o   Sulfanamid
Jenis pengobatan malaria :
A. Kemoprofilaksis
jarang dilakukan
B. Pada keadaan akut
16.Klorokin basa (lihat pada terapi umum di atas). Apabila terpaksa diberi obat secara parentral, diberikan klorokin 200 mg IM/6 jam, maksimal 800 mg/hari.
17.Kina sulfas.
Kina HCl dalam NaCl fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam infus dan diulangi 12 jam kemudian, maksimal 1800 mg/24 jam.
C. Terapi supresif, agar tidak timbul serangan malaria. jenis obat yang digunakan :
18.Klorokin untuk :
§  Pendatang sementara ke daerah endemis. Dosis klorokin: 300 mg/minggu, 1 minggu sebelum berangkat, selama berada di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali.
§  Penduduk di daerah endemis dan penduduk baru yang akanm menetap tinggal, dianjurkan menelan klorokin 300 mg/minggu selama 6 tahun atau amodiakin 600 mg/2 minggu.
§  Semua penderita demam di daerah endemis diberi klorokin dosis tunggal 600 mg. Bila di daerah itu plasmodium falsiparum sudah resisten terhadap klorokin, ditambahkan primakin sebanyak 3 tablet.
2. Mepakrin 100 mg/hari dimulai 2 minggu sebelum sampai hingga 4 minggu setelah keluar dari daerah endemis tersebut.
3. Pirimetamin (Daraprim) 50 mg/minggu sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
4. Proguanil 100 mg/hari atau 300 mg dosis tunggal/minggu sampai dengan 4 minggu setelah kembali.
5. Kina 1 tablet (250 mg)/hari sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan lokasi
D. Terapi radikal, untuk menghilangkan seluruh parasit malaria dalam tubuh, diberikan obat :
o   Klorokin, seperti terapi akut bersama dengan primakin 15 mg selama 14 hari.
o   Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR) plus primakin.
E. Terapi kasus-kasus khusus
1.    Malaria serebral, dirawat di ruangan perawatan intensif (ICU). Obat diberikan parentral adalah :
§  Klorokin 200 mg IM, diulangi 6 jam kemudian. Dosis maksimal 800 mg/hari, hati-hati!
§  Kina hidroklorida dalam NaCl fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam, diulangi 12 jam kemudian. Dosis maksimal 1800 mg/24 jam. kalau sudah sadar diteruskan dengan pemberian peroral 3 x 650 mg – 7 hari sejak hari pertama pemberian.
§  Kinidin (isomer kina) 15 mg basa/kg BB dalam larutan seperti pada kina. Dilanjutkan peroral setelah sadar.
§  Dekstran molekul rendah, 500 cc/24 jam
§  Bila ada hipoglikemi, diberikan 50 ml glukosa 40% IV, lalu diteruskan dengan dekstrose 10%.
§  Ada yang berhasil dengan pentoksifilin 600 mg/hari plus kini dan klindasimin
§  Bila kejang-kejang diberikan : fenobarbital 3,5 mg/kg BB: Diazepam 10 -20 mg/IV atau klorpromazin 50 – 100 mgIM
§  Pentoksifilin 600 mg/hari
§  Kinin + klindasimin
2.  Gagal ginjal akut
Perlu dipertimbangkan hemodialisis secepatnya, pengaturan cairan dan elektrolit
3. Malaria biliosa
Tidak ada tindakan khusus. Kina dapat diberikan 20 mg/kg.
4. Hipoglikemi
Apabila kadar gula darah sangat rendah (40 mg%), segera berikan 40 – 50 ml dekstrosa 40% bolus, lalu dilanjutkan glukosa 10%/infus. Dapat juga diberikan obat yang menekan prodoksi insulin sepereti diazoxide, glukagon atau somastatin analogue
5. Malaria Algid
Terutama ditujukan untuk mengatasi syok yang ada
6. Edema paru
Karena edema paru umumnya fatal, yeng terpenting adalah pencegahannya seperti : pemberian cairan harus hati-hati, transfusi darah pelan-pelan, pemberian diuretika
7. Anemi berat
Transfusi darah pelan-pelan (lebih baik darah segar) bila Hb gr% atau hematokrit turun
8. Black water fever
§  Harus istirahat
§  Menghentikan muntah dengan sedatif atau transkuiliser (klorpromasin, diazepam)
§  Bila hipotensi, secepatnya diberi cairan plasma atau darah
§  Transfusi bila Hb gr% atau RBC juta/mm3.
§  Bila ureum 200 mg%, perlu hemodialisis
§  Bila parasitemi tinggi diberikan klorokin atau amodiakin. Bial resisten diberikan sulfadoksin + pirimetamin.
9.    Malaria pada ibu hamil
                                                              i.          Klorokin
Dosis seperti terapi umum di atas (600 mg –>300 mg: 300 mg: 300 mg)
                                                            ii.          Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR) 1 x 3 tablet

BAB III
KASUS
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) di Indonesia terjadi 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka kejadian kasus Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria sebesar 23,8 perseribu penduduk. Proporsi kematian karena malaria berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, adalah sebesar 2%. Jumlah Kabupaten endemis di Indonesia adalah 424 Kabupaten Dari 576 Kabupaten yang ada, dan diperkirakan 42,4 % penduduk beresiko tertular (Sampri, 2007).
Kecamatan Sampaga yang merupakan tempat puskesmas Tarailu berada terdapat 224 kasus pada tahun 2004 mengalami peningkatan kasus sebesar 560 kasus pada tahun 2005 dan terus meningkat sampai akhir tahun 2006 yaitu sebesar 741 kasus (Data DinKes, BPS Kab. Mamuju, 2006). Pada tahun 2007 data kasus malaria yang dilaporkan yaitu sebesar 800 kasus
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan malaria serta gambaran faktor yang menunjang keberhasilan pengobatan malaria di Puskesmas Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju.



BAB IV
ANALISA
 





A.    Penjamu
1.      Faktor keturunan
Malaria dapat menular melalui faktor keturunan. Contohnya bayi baru lahir yang ibunya menderita malaria.penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya
2.      Mekanisme pertahanan tubuh
Malaria dapat menular karna makanisme pertahanan tubuh menurun. Jadi mudah untuk terserang penyakit malaria.
3.      Umur
Dapat disebabkan oleh umur yang terlalu muda dan terlalu tua.
4.      Jenis kelamin
Jenis kelamin tidak berpengaruh dalam penularan penyakit malaria.
5.      Ras
Ras tidak mempengarui penularan penyakit malaria
6.      Pekerjaan
Pekerjaan tidak dapat berpengaruh dalam penularan penyakit malaria
7.      Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup sangat berpengaruh, karena kebiasaan hidup yang jelek mempermudah penularan penyakit malaria.
8.      Psikologi
Psikologis berpengaruh dalam penularan penyakit malaria, karena jika psikologisnya buruk secara tidak langsung mempengaruhi kebiasaan hidup juga buruk dan juga mekanisme tubuh.
9.      Status Nutrisi
Nutrisi penting dalam mekanisme pertahanan tubuh untuk berperan meningkatkan imun dalam tubuh.
B.     Agen
1.      Gol Biologik
Disebabkan oleh Mikroorganisme (plasmodium yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum, Plasmodium ovale, Plasmodium Knowlesi )
2.      Gol gizi
Tidak disebabkan oleh golongan gizi
3.      Gol fisik
Kelembaban menyebabkan adanya sarang nyamuk.
4.      Gol kimia
Tidak di sebabkan oleh golongan kimia
C.     Lingkungan
Lingkungan yang tidak baik (banyak genangan, sampah berserakan, dan gelap) penyebab munculnya nyamuk.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
1. Terdapat hubungan antara biaya penunjang yaitu biaya transportasi dan biaya makan (jika dirawat inap) dengan keberhasilan pengobatan malaria.
2. Terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat dengan keberhasilan pengobatan malaria.
3. Mayoritas responden (petugas kesehatan) mengatakan puskesmas tempat mereka bekerja memiliki fasilitas kesehatan yang memadai yaitu sebesar 68%.
4. Mayoritas responden (petugas kesehatan) memiliki pengetahuan cukup tentang pengobatan penyakit malaria yaitu sebesar 76%.
Saran
1. Disarankan kepada pemerintah setempat melalui Dinas Kesehatan, pada wilayah yang jauh dari sarana kesehatan dan transportasi tidak lancar diadakan penambahan sarana kesehatan sehingga masyarakat tidak mengeluarkan biaya penunjang seperti biaya transport untuk menjangkau sarana kesehatan.
2. Petugas P2 malaria Puskesmas beserta timnya bekerjasama dengan masyarakat, yaitu salah satunya petugas kesehatan, masyarakat dan keluarga penderita dilibatkan secara langsung dalam proses pengobatan untuk menghindari pemakaian obat secara tidak teratur. Disamping itu, memberikan pengertian kepada penderita malaria, tentang pentingnya pengobatan dalam upaya pemberantasan malaria dan dampak yang dihadapi bila pengobatan dilakukan tidak sesuai dengan aturan. selain itu petugas dan masyarakat harus lebih ketat lagi memantau pelaksanaan pengobatan malaria di wilayahnya agar pengobatan dapat terlaksana dengan baik. Dengan demikian, kejadian resistensi plasmodium terhadap obat anti-malaria dapat dihindari.
3. Walaupun tidak semua puskesmas memiliki fasilitas kesehatan memadai (memiliki laboratorium), ada baiknya pemeriksaan malaria dilakukan dengan menggunakan tes lab yaitu pemeriksaan DDR untuk lebih memastikan bahwa penderita positif dinyatakan menderita malaria. Karena dengan fasilitas kesehatan yang memadai akan membantu dalam penegakan diagnosis malaria dan mempermudah dalam pemberian obat yang tepat.
4. Sebaiknya diadakan pelatihan dan pendidikan untuk petugas kesehatan yang ada khususnya bagi petugas kesehatan yang bekerja di puskesmas pembantu yang tidak ditunjang dengan sarana laboratorium.





BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Arsunan, Arsin A. 2004. Hasil Penelitian : Risiko Genetik pada Kejadian Malaria di Daerah Kepulauan Kab. Pangkajene Prop. Sulawesi Selatan. Makassar.
Arum, dkk, 2006. Uji Diagnostik Plasmodium Malaria Menggunakan Metode Imunokromatografi Diperbandingkan Dengan Pemeriksaan Mikroskopis. http:/www.journal.unair.ac.id Diakses 25 September 2007.
Amirullah, Astuti. 2004. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Alliritengae Kec. Turikale Kab. Maros. Tidak Dipublikasikan.
Emiliana, Tjitra. 2002. Manifestasi Klinis dan Pengobatan Malaria. Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran.
Harijanto, P.N. 2000. Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis & Penanganan. Jakarta. EGC.
Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit Dan Vektor Malaria Di Indonesia. http://library.usu.ac.id. Diakses 26 September 2007
Hardjo Prawira, dkk. 2002. Komparasi Efikasi Antara Kombinasi Klorokuin-Primakuin, Sulfadoksin-Pirimetamin, dan Doksisiklin-Kina. http://www.tempo.co.id. Diakses 26 September 2007
Kanang, Hariyati. 2004. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Efektifitas Pengobatan Malaria di puskesmas Batauga kabupaten Buton Tahun 2004. http://www.skripsi-tesis.com. Diakses 12 februari 2008
Kaseke, Martha Marie. 2003. Penilaian Kegagalan Pengobatan Klorokuin Terhadap Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara. Yogyakarta : Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada.
Kristiani, Musril. 2007. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Masyarakat Miskin di Puskesmas Simpang Pandan. Yogyakarta : Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada.
Mansjoer, Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Tiga. Jilid 1. Jakarta. Media Aesculapius.
Mukhlis. 2002. Faktor Yang Berhubungan Dengan Efektifitas Pengobatan Penyakit Malaria di Kabupaten Majene Tahun 2001. Tesis Tidak di Terbitkan. Makassar : Program Pasca Sarjana. Universitas Hasanuddin.
Ndoen, Ermi ML, 2006. Malaria, Pembunuh Terbesar Sepanjang Abad. http://kesehatanlingkungan.wordpress.com. Diakses 25 September 2007.
Notoatmodjo, Soekidjo Dr. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Prabowo, Arland dr. 2004. Malaria Mencegah & Mengatasinya. Jakarta. Puspa Swara.
Profil Kabupaten Mamuju Tahun 2006. Badan Pusat Stastistik Kabupaten Mamuju. 2006. Mamuju.
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju 2004. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 2005. Mamuju.
Profil Kesehatan Puskesmas Tarailu 2004. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 2005. Mamuju.
Profil Kesehatan Puskesmas Tarailu 2006. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 2007. Mamuju.
Rahayu, Paramitha, 2001. Studi perbandingan optimasi distribusi spesial fasilitas kesehatan Puskesmas: studi kasus Kotamadya Semarang, suatu usulan. gdl-lib@litbang.depkes.go.id. Diakses 12 februari 2008.
Riset Operasional Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003. 2004. Departemen Kesehatan Kerjasama Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Sampri, Peter, 2007. Malaria. www.petersampricom.blogspot.com. Diakses 25 September 2007.
Surahmawati. 2004. Studi Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Mangasa Kota Makassar Tahun 2004. Skripsi Tidak di Terbitkan. Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.
Sutanto, Inge. 2005. Berbagai Tantangan Dalam Diagnosis dan Pengobatan Malaria Pada Permulaan Abad 21. Dalam Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta. Yayasan Penerbitan IDI.
Tunny, Azis.2006. Mendulang Uang di Kota, Daerah Pedalaman Krisis Dokter. http://www.fkmcpr.nl. Diakses 10 Desember 2007.
Yatim, Faisal, dr. 2007. Jilid 2. Macam-macam Penyakit Menular & Pencegahannya. Jakarta. Pustaka Obor Populer.
Zein, Umar. 2003. Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. http://Library.usu.ac.id Diakses 10 Desember 2007


1 komentar:

  1. Ada beberapa solusi alami yang dapat digunakan dalam pencegahan dan menghilangkan diabetes secara total. Namun, satu-satunya aspek paling penting dari rencana pengendalian diabetes adalah mengadopsi gaya hidup sehat Kedamaian Batin, Nutrisi dan Diet Sehat, dan Latihan Fisik Reguler. Keadaan kedamaian batin dan kepuasan diri sangat penting untuk menikmati kesehatan fisik yang baik dan atas semua kesejahteraan. Kedamaian batin dan kepuasan diri adalah kondisi pikiran yang adil. Orang dengan penyakit diabetes sering menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif. Saya didiagnosis menderita diabetes pada tahun 2000. Sedang bekerja merasa sangat lelah dan mengantuk. Saya meminjam glukometer dari rekan kerja dan diuji pada 760. Segera pergi ke dokter saya dan dia memberi saya resep seperti: Insulin, Sulfonamides, tetapi saya tidak bisa mendapatkan penyembuhan daripada mengurangi rasa sakit dan menghilangkan rasa sakit lagi. Saya menemukan nama kesaksian wanita Comfort online bagaimana Dr Akhigbe menyembuhkan HIV-nya dan saya juga menghubungi dokter dan setelah saya minum obatnya seperti yang diperintahkan, saya sekarang benar-benar bebas dari diabetes oleh dokter jamu Akhigbe. Jadi pasien diabetes yang membaca kesaksian ini untuk menghubungi emailnya drrealakhigbe@gmail.com atau Nomornya +2348142454860 Ia juga menggunakan ramuan herbalnya untuk penyakit seperti: Gigitan SPIDER, SCHIZOPHRENIA, LUPUS, DEMAM BERDARAH, MALARIA, INFEKSI EKSTERNAL, UMUM DINGIN, DASAR GABUNGAN, DASAR BAYAM, GERAKAN, STROKE, STROKE TUBERKULOSIS, PENYAKIT PERUT. ECZEMA, PROGERIA, MAKAN GANGGUAN, INFEKSI RESPIRATORI RENDAH, DIABETIKA, HERPES, HIV / AIDS,; ALS, DIARRHEA KABEL, KABEL, KANKER, MENINGITIS, HEPATITIS A DAN B, THYROID, ASCEMA, PENYAKIT HARI, KABUPATEN. AUTISM, NAUSEA Muntah ATAU DIARE, PENYAKIT GINJAL, EREKSI LEMAH. MATA TWITCHING MENSTRUATION PAINFUL ATAU IRREGULAR. Akhigbe adalah pria yang baik dan dia menyembuhkan semua tubuh yang datang kepadanya. di sini adalah email drrealakhigbe@gmail.com dan Nomornya +2349010754824

    BalasHapus