Jepang
日本国
Nippon-koku
atau Nihon-koku
Bendera Segel
Kekaisaran
Lagu
kebangsaan: Kimigayo (君が代?)
Segel
Pemerintahan:
Paulownia
(五七桐 Go-Shichi no Kiri?)
Ibu kota
(dan kota
terbesar) Tokyo (de facto)
35°41′N
139°46′E
Bahasa
resmi Bahasa Jepang (de facto)[1]
Bahasa
daerah
yang diakui Aynu
itak, bahasa Ryukyu, dan dialek bahasa Jepang
Bahasa
nasional
Aksara nasional
Bahasa Jepang
Kanji
Hiragana
Katakana
Kelompok
etnik 98,5% Jepang, 0,5% Korea,
0,4% Cina, 0,6% lain-lain[2]
Pemerintahan Monarki konstitusional, sistem parlementer
- Kaisar Akihito
- Perdana
Menteri Yoshihiko Noda (DPJ)
Legislatif Parlemen Jepang
- Majelis
Tinggi Majelis Tinggi Jepang (Sangi-in)
- Majelis
Rendah Majelis Rendah Jepang
(Shugi-in)
Pendirian
negara
- Hari
Pendirian Negara 11 Februari 660 SM[3]
- Konstitusi
Meiji 29 November 1890
- Konstitusi
Jepang 3 Mei 1947
- Perjanjian
San Francisco
28 April 1952
Luas
- Total 377,944 km2 [4](ke-61)
- Air
(%) 0,8
Penduduk
- Perkiraan
2009 127.530.000[5] (ke-10)
- Sensus
2004 127.333.002
- Kepadatan 337,4/km2 (ke-30)
PDB (KKB) Perkiraan 2008
- Total AS$4,356 triliun[6] (ke-3)
- Per
kapita AS$34.115[6] (ke-24)
PDB
(nominal) Perkiraan 2008
- Total AS$4.910 triliun[6] (ke-2)
- Per
kapita AS$38.457[6] (ke-23)
Gini 38,1 (2002)[7]
IPM
(2007) ▲ 0,960[8] (sangat tinggi)
(ke-10)
Mata uang Simbol internasional ¥
Dibaca
(Yen)
Simbol jepang 円
Dibaca
(En) (JPY)
Zona
waktu JST (UTC+9)
Format
tanggal yyyy-mm-dd
yyyy年m月d日
zaman yy年m月d日
Lajur
kemudi kiri
Ranah
Internet .jp
Kode
telepon 81
Nama
Jepang
Jepang
disebut Nippon atau Nihon dalam bahasa Jepang. Kedua kata ini ditulis dengan
huruf kanji yang sama, yaitu 日本 (secara harfiah: asal-muasal
matahari). Sebutan Nippon sering digunakan dalam urusan resmi, termasuk nama
negara dalam uang Jepang, prangko, dan pertandingan olahraga internasional.
Sementara itu, sebutan Nihon digunakan dalam urusan tidak resmi seperti pembicaraan
sehari-hari.
Kata
Nippon dan Nihon berarti "negara/negeri matahari terbit". Nama ini
disebut dalam korespondensi Kekaisaran Jepang dengan Dinasti Sui di Cina, dan
merujuk kepada letak Jepang yang berada di sebelah timur daratan Cina. Sebelum
Jepang memiliki hubungan dengan Cina, negara ini dikenal sebagai Yamato (大和).[12]
Di Cina pada zaman Tiga Negara, sebutan untuk Jepang adalah negara Wa (倭).
Dalam
bahasa Cina dialek Shanghai yang termasuk salah satu dialek Wu, aksara Cina 日本
dibaca sebagai Zeppen ([zəʔpən]). Dalam dialek Wu, aksara 日
secara tidak resmi dibaca sebagai [niʔ] sementara secara resmi dibaca
sebagai [zəʔ]. Dalam beberapa dialek Wu
Selatan, 日本
dibaca sebagai [niʔpən] yang mirip dengan nama dalam
bahasa Jepang.
Kata
Jepang dalam bahasa Indonesia kemungkinan berasal dari bahasa Cina, tepatnya
bahasa Cina dialek Wu tersebut. Bahasa Melayu kuno juga menyebut negara ini
sebagai Jepang (namun ejaan bahasa Malaysia sekarang: Jepun). Kata Jepang dalam
bahasa Melayu ini kemudian dibawa ke Dunia Barat oleh pedagang Portugis, yang
mengenal sebutan ini ketika berada di Malaka pada abad ke-16. Mereka lah yang
pertama kali memperkenalkan nama bahasa Melayu tersebut ke Eropa. Dokumen
tertua dalam bahasa Inggris yang menyebut tentang Jepang adalah sepucuk surat
dari tahun 1565, yang di dalamnya bertuliskan kata Giapan
Prasejarah
Sebuah bejana dari periode Jomon Pertengahan
(3000-2000 SM).
Penelitian
arkeologi menunjukkan bahwa Jepang telah dihuni manusia purba setidaknya
600.000 tahun yang lalu, pada masa Paleolitik Bawah. Setelah beberapa zaman es
yang terjadi pada masa jutaan tahun yang lalu, Jepang beberapa kali terhubung
dengan daratan Asia melalui jembatan darat (dengan Sakhalin di utara, dan
kemungkinan Kyushu di selatan), sehingga memungkinkan perpindahan manusia,
hewan, dan tanaman ke kepulauan Jepang dari wilayah yang kini merupakan
Republik Rakyat Cina dan Korea. Zaman Paleolitik Jepang menghasilkan peralatan
bebatuan yang telah dipoles yang pertama di dunia, sekitar tahun 30.000 SM.
Dengan
berakhirnya zaman es terakhir dan datangnya periode yang lebih hangat,
kebudayaan Jomon muncul pada sekitar 11.000 SM, yang bercirikan gaya hidup
pemburu-pengumpul semi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik dan pembuatan
kerajinan tembikar terawal di dunia. Diperkirakan bahwa penduduk Jomon
merupakan nenek moyang suku Proto-Jepang dan suku Ainu masa kini.
Dimulainya
periode Yayoi pada sekitar 300 SM menandai kehadiran teknologi-teknologi baru
seperti bercocok tanam padi di sawah yang berpengairan dan teknik pembuatan
perkakas dari besi dan perunggu yang dibawa serta migran-migran dari Cina atau
Korea.
Dalam
sejarah Cina, orang Jepang pertama kali disebut dalam naskah sejarah klasik,
Buku Han yang ditulis tahun 111. Setelah periode Yayoi disebut periode Kofun pada
sekitar tahun 250, yang bercirikan didirikannya negeri-negeri militer yang
kuat. Menurut Catatan Sejarah Tiga Negara, negara paling berjaya di kepulauan
Jepang waktu itu adalah Yamataikoku.
·
Zaman
Klasik
Bagian
sejarah Jepang meninggalkan dokumen tertulis dimulai pada abad ke-5 dan abad
ke-6 Masehi, saat sistem tulisan Cina, agama Buddha, dan kebudayaan Cina
lainnya dibawa masuk ke Jepang dari Kerajaan Baekje di Semenanjung Korea.
Jepang dapat mengusir dua kali invasi Mongol
ke Jepang (1274 dan 1281)
Perkembangan
selanjutnya Buddhisme di Jepang dan seni ukir rupang sebagian besar dipengaruhi
oleh Buddhisme Cina.[14] Walaupun awalnya kedatangan agama Buddha ditentang
penguasa yang menganut Shinto, kalangan yang berkuasa akhirnya ikut memajukan
agama Buddha di Jepang, dan menjadi agama yang populer di Jepang sejak zaman
Asuka.[15]
Melalui
perintah Reformasi Taika pada tahun 645, Jepang menyusun ulang sistem
pemerintahannya dengan mencontoh dari Cina. Hal ini membuka jalan bagi filsafat
Konfusianisme Cina untuk menjadi dominan di Jepang hingga abad ke-19.
Periode
Nara pada abad ke-8 menandai sebuah negeri Jepang dengan kekuasaan yang
tersentralisasi. Ibu kota dan istana kekaisaran berada di Heijo-kyo (kini
Nara). Pada zaman Nara, Jepang secara terus menerus mengadopsi praktik
administrasi pemerintahan dari Cina. Salah satu pencapaian terbesar sastra
Jepang pada zaman Nara adalah selesainya buku sejarah Jepang yang disebut
Kojiki (712) dan Nihon Shoki (720).[16]
Patung Buddha di Todaiji, Nara, yang dibuat
pada tahun 752.
Pada
tahun 784, Kaisar Kammu memindahkan ibu kota ke Nagaoka-kyō, dan berada di sana
hanya selama 10 tahun. Setelah itu, ibu kota dipindahkan kembali ke Heian-kyō
(kini Kyoto). Kepindahan ibu kota ke Heian-kyō mengawali periode Heian yang
merupakan masa keemasan kebudayaan klasik asli Jepang, terutama di bidang seni,
puisi dan sastra Jepang. Hikayat Genji karya Murasaki Shikibu dan lirik lagu
kebangsaan Jepang Kimi ga Yo berasal dari periode Heian.[17]
·
Zaman
Pertengahan
Abad
pertengahan di Jepang merupakan zaman feodalisme yang ditandai oleh perebutan
kekuasaan antarkelompok penguasa yang terdiri dari ksatria yang disebut
samurai. Pada tahun 1185, setelah menghancurkan klan Taira yang merupakan klan
saingan klan Minamoto, Minamoto no Yoritomo diangkat sebagai shogun, dan
menjadikannya pemimpin militer yang berbagi kekuasaan dengan Kaisar.
Pemerintahan militer yang didirikan Minamoto no Yoritomo disebut Keshogunan Kamakura
karena pusat pemerintahan berada di Kamakura (di sebelah selatan Yokohama masa
kini). Setelah wafatnya Yoritomo, klan Hōjō membantu keshogunan sebagai
shikken, yakni semacam adipati bagi para shogun. Keshogunan Kamakura berhasil
menahan serangan Mongol dari wilayah Cina kekuasaan Mongol pada tahun 1274 dan
1281. Meskipun secara politik terbilang stabil, Keshogunan Kamakura akhirnya
digulingkan oleh Kaisar Go-Daigo yang memulihkan kekuasaan di tangan kaisar.
Kaisar Go-Daigo akhirnya digulingkan Ashikaga Takauji pada 1336.[18] Keshogunan
Ashikaga gagal membendung kekuatan penguasa militer dan tuan tanah feodal
(daimyo) dan pecah perang saudara pada tahun 1467 (Perang Ōnin) yang mengawali
masa satu abad yang diwarnai peperangan antarfaksi yang disebut masa
negeri-negeri saling berperang atau periode Sengoku.[19]
Pada
abad ke-16, para pedagang dan misionaris Serikat Yesuit dari Portugal tiba
untuk pertama kalinya di Jepang, dan mengawali pertukaran perniagaan dan
kebudayaan yang aktif antara Jepang dan Dunia Barat (Perdagangan dengan
Nanban). Orang Jepang menyebut orang asing dari Dunia Barat sebagai namban yang
berarti orang barbar dari selatan.
Salah satu kapal segel merah Jepang (1634) yang
dipakai berdagang di Asia.
Oda
Nobunaga menaklukkan daimyo-daimyo pesaingnya dengan memakai teknologi Eropa
dan senjata api. Nobunaga hampir berhasil menyatukan Jepang sebelum tewas
terbunuh dalam Peristiwa Honnōji 1582. Toyotomi Hideyoshi menggantikan
Nobunaga, dan mencatatkan dirinya sebagai pemersatu Jepang pada tahun 1590.
Hideyoshi berusaha menguasai Korea, dan dua kali melakukan invasi ke Korea,
namun gagal setelah kalah dalam pertempuran melawan pasukan Korea yang dibantu
kekuatan Dinasti Ming. Setelah Hideyoshi wafat, pasukan Hideyoshi ditarik dari
Semenanjung Korea pada tahun 1598.[20]
Sepeninggal
Hideyoshi, putra Hideyoshi yang bernama Toyotomi Hideyori mewarisi kekuasaan
sang ayah. Tokugawa Ieyasu memanfaatkan posisinya sebagai adipati bagi Hideyori
untuk mengumpulkan dukungan politik dan militer dari daimyo-daimyo lain.
Setelah mengalahkan klan-klan pendukung Hideyori dalam Pertempuran Sekigahara
tahun 1600, Ieyasu diangkat sebagai shogun pada tahun 1603. Pemerintahan
militer yang didirikan Ieyasu di Edo (kini Tokyo) disebut Keshogunan Tokugawa.
Keshogunan Tokugawa curiga terhadap kegiatan misionaris Katolik, dan melarang
segala hubungan dengan orang-orang Eropa. Hubungan perdagangan dibatasi hanya
dengan pedagang Belanda di Pulau Dejima, Nagasaki. Pemerintah Tokugawa juga
menjalankan berbagai kebijakan seperti undang-undang buke shohatto untuk
mengendalikan daimyo di daerah. Pada tahun 1639, Keshogunan Tokugawa mulai
menjalankan kebijakan sakoku ("negara tertutup") yang berlangsung
selama dua setengah abad yang disebut periode Edo. Walaupun menjalani periode
isolasi, orang Jepang terus mempelajari ilmu-ilmu dari Dunia Barat. Di Jepang,
ilmu dari buku-buku Barat disebut rangaku (ilmu belanda) karena berasal dari
kontak orang Jepang dengan enklave orang Belanda di Dejima, Nagasaki. Pada
periode Edo, orang Jepang juga memulai studi tentang Jepang, dan menamakan
"studi nasional" tentang Jepang sebagai kokugaku.[21]
·
Zaman
Modern
Kekaisaran Jepang terdiri dari sebagian besar
Asia Timur dan Tenggara pada tahun 1942.
Pada
31 Maret 1854, kedatangan Komodor Matthew Perry dan "Kapal Hitam"
Angkatan Laut Amerika Serikat memaksa Jepang untuk membuka diri terhadap Dunia
Barat melalui Persetujuan Kanagawa. Persetujuan-persetujuan selanjutnya dengan
negara-negara Barat pada masa Bakumatsu membawa Jepang ke dalam krisis ekonomi
dan politik. Kalangan samurai menganggap Keshogunan Tokugawa sudah melemah, dan
mengadakan pemberontakan hingga pecah Perang Boshin tahun 1867-1868. Setelah
Keshogunan Tokugawa ditumbangkan, kekuasaan dikembalikan ke tangan kaisar
(Restorasi Meiji) dan sistem domain dihapus. Semasa Restorasi Meiji, Jepang
mengadopsi sistem politik, hukum, dan militer dari Dunia Barat. Kabinet Jepang
mengatur Dewan Penasihat Kaisar, menyusun Konstitusi Meiji, dan membentuk
Parlemen Kekaisaran. Restorasi Meiji mengubah Kekaisaran Jepang menjadi negara
industri modern dan sekaligus kekuatan militer dunia yang menimbulkan konflik
militer ketika berusaha memperluas pengaruh teritorial di Asia. Setelah
mengalahkan Cina dalam Perang Sino-Jepang dan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang,
Jepang menguasai Taiwan, separuh dari Sakhalin, dan Korea.[22]
Pada
awal abad ke-20, Jepang mengalami "demokrasi Taisho" yang
dibayang-bayangi bangkitnya ekspansionisme dan militerisme Jepang. Semasa
Perang Dunia I, Jepang berada di pihak Sekutu yang menang, sehingga Jepang
dapat memperluas pengaruh dan wilayah kekuasaan. Jepang terus menjalankan
politik ekspansionis dengan menduduki Manchuria pada tahun 1931. Dua tahun
kemudian, Jepang keluar dari Liga Bangsa-Bangsa setelah mendapat kecaman
internasional atas pendudukan Manchuria. Pada tahun 1936, Jepang menandatangani
Pakta Anti-Komintern dengan Jerman Nazi, dan bergabung bergabung bersama Jerman
dan Italia membentuk Blok Poros pada tahun 1941[23]
Pada
tahun 1937, invasi Jepang ke Manchuria memicu terjadinya Perang Sino-Jepang
Kedua (1937-1945) yang membuat Jepang dikenakan embargo minyak oleh Amerika
Serikat[24] Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut
Amerika Serikat di Pearl Harbor, dan menyatakan perang terhadap Amerika
Serikat, Inggris, dan Belanda. Serangan Pearl Harbor menyeret AS ke dalam
Perang Dunia II. Setelah kampanye militer yang panjang di Samudra Pasifik,
Jepang kehilangan wilayah-wilayah yang dimilikinya pada awal perang. Amerika
Serikat melakukan pengeboman strategis terhadap Tokyo, Osaka dan kota-kota
besar lainnya. Setelah AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki,
Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 (Hari
Kemenangan atas Jepang).[25]
Perang
membawa penderitaan bagi rakyat Jepang dan rakyat di wilayah jajahan Jepang.
Berjuta-juta orang tewas di negara-negara Asia yang diduduki Jepang di bawah
slogan Kemakmuran Bersama Asia. Hampir semua industri dan infrastruktur di
Jepang hancur akibat perang. Pihak Sekutu melakukan repatriasi besar-besaran
etnik Jepang dari negara-negara Asia yang pernah diduduki Jepang.[26]
Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh yang diselenggarakan pihak
Sekutu mulai 3 Mei 1946 berakhir dengan dijatuhkannya hukuman bagi sejumlah
pemimpin Jepang yang terbukti bersalah melakukan kejahatan perang.
1.
Pencakar
langit di Shinjuku, Tokyo
Pada
tahun 1947, Jepang memberlakukan Konstitusi Jepang yang baru. Berdasarkan
konstitusi baru, Jepang ditetapkan sebagai negara yang menganut paham pasifisme
dan mengutamakan praktik demokrasi liberal. Pendudukan AS terhadap Jepang
secara resmi berakhir pada tahun 1952 dengan ditandatanganinya Perjanjian San
Francisco.[27] Walaupun demikian, pasukan AS tetap mempertahankan
pangkalan-pangkalan penting di Jepang, khususnya di Okinawa. Perserikatan
Bangsa-Bangsa secara secara resmi menerima Jepang sebagai anggota pada tahun
1956.
Seusai
Perang Dunia II, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, dan menempatkan
Jepang sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor dua di dunia, dengan rata-rata
pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 10% per tahun selama empat dekade.
Pesatnya pertumbuhan ekonomi Jepang berakhir pada awal tahun 1990-an setelah
jatuhnya ekonomi gelembung.[28]
SADO
Ada
beberapa sekolah Sado, atau upacara minum teh Jepang, juga dikenal sebagai
Chanoyu. Teh, dalam hal ini O-cha (teh
hijau), adalah sebagai bagian integral budaya di Jepang sebagai kopi di Amerika
Serikat (lebih begitu, sebenarnya) atau 'secangkir teh' adalah di Inggris. Juga, manfaat kesehatan secara luas dipuji
dan umumnya diterima di seluruh dunia.
Dan studi tentang upacara minum teh masih dianggap sebagai bagian dari
pendidikan 'tepat' dari setiap muda bercita-cita 'wanita'. Semua faktor ini memastikan bahwa bentuk seni
kuno berkembang bahkan di zaman modern Jepang.
Sen tidak
Rikyu
Para
Shokintei kedai teh

Akar
dari sekolah utama saat ini dapat ditelusuri dengan teh menguasai Sen Tidak
Rikyu (1522-1591). Selama generasi
kemudian, upacara minum teh disaring dan memperoleh lebih Jepang dan bukan
estetika Cina. Anak-anak cucu Rikyu
Sotan mendirikan sekolah mereka sendiri: Ura Senke untuk jelata, Senke Omote
untuk aristokrat dan Mushanokoji Senke, yang sangat menghargai prinsip wabi. (Wabi dapat digambarkan sebagai prinsip moral
dan estetik yang menekankan hidup tenang bebas dari kekhawatiran duniawi). Para Ura Senke sekolah terus berkembang hari
ini dan mendorong pertukaran budaya luar negeri melalui upacara minum teh.
Para chaji, atau upacara minum teh biasanya
diadakan di sebuah cha-shitsu (teh-ruang).
Pada zaman megah, ini akan terdiri dari sebuah bangunan kecil yang
terletak terpisah di sudut indah dan tenang dari taman tradisional. Struktur ini dapat paling sering dilihat hari
ini di taman atau kebun istana dan kuil.
Shokintei kedai teh di Istana Terpisah Katsura di Kyoto adalah contoh
yang baik.
Para tamu memasuki ruangan teh melalui
nijiriguchi, sebuah pintu kecil yang memaksa mereka untuk berjongkok, sehingga
atas statusnya duniawi mereka. Dalam
banyak faktor chaji resmi dianggap untuk merayakan keunikan saat ini: tamu yang
diundang, musim, kaligrafi gulir tergantung di dinding, bunga-bunga di layar,
peralatan, makanan yang disajikan sebelum teh dan sebagainya. Para chaji sendiri memiliki beberapa tahap,
masing-masing dengan kedalaman makna sulit bagi orang luar untuk memahami
tetapi akhirnya didasarkan pada reverance bagi alam dan penciptaan sebuah momen
yang sempurna dalam waktu.
Berikut ini adalah pesan dari Sen Soshitsu,
Ura Senke Agung Teh Guru XV:
"Chado, Jalan Dari Teh, didasarkan pada
tindakan sederhana air mendidih, membuat teh, menawarkan kepada orang lain, dan
minum sendiri. Disajikan dengan hati yang hormat dan diterima dengan rasa
syukur, semangkuk teh baik secara fisik dan memenuhi spiritual haus.
Hiruk pikuk dunia dan dilema segudang kami
meninggalkan tubuh dan pikiran kita lelah.
Hal ini kemudian bahwa kita mencari tempat di mana kita dapat memiliki
saat perdamaian dan ketenangan. Dalam
disiplin Chado tempat seperti itu dapat ditemukan. Empat prinsip harmoni, kemurnian rasa hormat,
dan ketenangan, kodifikasi hampir empat ratus tahun lalu, adalah panduan abadi
dengan praktek Chado. Memasukkan mereka
ke dalam kehidupan sehari-hari membantu satu untuk menemukan tempat diserang
ketenangan yang ada di dalam kita masing-masing.
Sebagai wakil dari tradisi Jepang yang tak
terputus empat ratus tahun, saya senang melihat bahwa banyak non-Jepang
menyambut kesempatan untuk melanjutkan studi nya. Ini bunga yang tumbuh di Chado antara rakyat
semua bangsa membawa saya untuk berusaha lebih keras untuk memungkinkan lebih
banyak orang untuk memasuki Jalan Teh. "
Sebuah selebran upacara minum teh memegang
Chasen (sikat bambu) digunakan untuk membangkitkan dan campuran teh.
Peralatan lainnya yang digunakan selama
upacara meliputi: cha-kemarahan, wadah keramik yang digunakan untuk teh bubuk;
yang kama (ketel) yang digunakan untuk air mendidih di atas api arang; Hashi
(sumpit) yang terbuat dari kayu cedar kayu yang digunakan untuk memakan makanan
sederhana ; cha-wan (mangkuk teh) dan banyak lainnya.
Koicha
(teh kental) dilayani dahulu dan kemudian usucha (teh tipis). Selama upacara, makanan ringan kaiseki, sake
dan Higashi (manisan kering) juga disajikan.
Pada catatan lain, salah satu indikator kunci
dari kemajuan Jepang (atau kekurangan daripadanya) di bidang hubungan gender
adalah apakah kantor wanita (yang OL) yang diperlukan oleh majikan yang
diberikan untuk membuat dan melakukan putaran dengan teh selama hari kerja. Ini adalah penyebab yang paling mungkin
keluhan sering disuarakan antara daftar panjang perilaku seksis berurat berakar
dalam masyarakat perusahaan Jepang.
Bonsai
Apa
yang Anda lakukan ketika Anda tinggal di sebuah negara dengan ruang terbatas
namun ingin berolahraga jari hijau atau mengekspresikan cinta Anda, dan bahkan
reverance rohani Anda, untuk alam? Nah,
Anda selalu dapat melakukan hal-hal dalam miniatur - ikebana dan bonsai dua
pilihan utama Anda. Meskipun kata 'ikebana' secara harfiah berarti 'bunga hidup', sebenarnya presentasi
visual dari batang potong, bunga dan fitur lain untuk mewakili suatu aspek alam
dalam miniatur. 'Pot' bonsai, di sisi lain, sarana dan bentuk seni melibatkan
membesarkan pohon hidup, sering selama beberapa tahun. Sementara mereka kecil, bonsai tidak
benar-benar berbeda dari pohon-pohon yang kita lihat di sekitar kita, mereka
tidak spesies miniatur. Namun mereka
adalah cabang-cabang kecil pohon, dipilih dengan cermat, dipangkas dan
dibudidayakan sehingga mereka terlihat seperti versi lebih kecil dari spesies
mereka sendiri. Mereka juga ditampilkan
dengan cara yang menunjukkan menonaktifkan fitur terbaik mereka, biasanya dalam
panci, sederhana dangkal. Bonsai adalah
tentang kombinasi tanaman dan pot. Ada
berbagai gaya bonsai seperti: gaya sapu - batang meruncing atasnya oleh area
simetris dedaunan; cascading style - pot disimpan pada platform dan 'cascade'
cabang-cabang di bawah ini; gaya keanginan - menyerupai pohon yang telah
berkembang di sebuah area yang terkena angin kencang Saikei mirip dengan dan
sering bingung dengan bonsai,. tetapi sebenarnya lebih dekat dengan
ikebana. Berbagai jenis pohon kecil
serta, tanaman lain batu dan pasir yang digunakan untuk membuat miniatur
lanskap.
Perkebunan dalam berbagai bentuk telah
menikmati sesuatu dari ledakan di Jepang dalam beberapa tahun terakhir dan
mereka dengan ruang terbatas telah menemukan kembali pesona dan tantangan ini
bagian dari budaya asli mereka. Seperti
yang saya katakan, bonsai pohon nyata dalam miniatur dan biasanya tidak cocok
sebagai tanaman hias (beberapa spesies telah dikembangkan untuk di dalam
ruangan). Biasanya mereka tangguh dan
dapat menangani cuaca yang paling. Bahkan, pertumbuhan mereka dapat terpengaruh
oleh buatan (mis. dalam ruangan) cahaya dan kondisi panas, tergantung pada
iklim dan asal-usul spesies pohon.
Bahkan kota kecil balkon apartemen dapat cukup besar untuk membangun
koleksi, sesuatu dari sebuah oasis bagi penduduk perkotaan. Yang terkecil bonsai, yang disebut Mame
(kacang) dapat hanya beberapa inci dan koleksi juga mungkin memiliki pohon
beberapa meter tingginya. Yang paling
populer adalah sekitar 6 inci sampai kaki.
Untuk tukang kebun yang lebih serius, adalah
mungkin untuk tumbuh bonsai dari biji, stek, cabang sementara itu masih di
pohon hidup atau bahkan memangkas dan beradaptasi pohon dari pusat taman. Tapi ini adalah proses panjang dan
melelahkan, mengambil beberapa tahun sebelum Anda memiliki jenis 'produk
jadi'. Memang beberapa bonsai yang
paling berharga telah sekitar lebih lama dari pemiliknya. Beberapa penggemar pergi ke biaya besar untuk
membeli bonsai dari dealer tetapi jika Anda hanya ingin mencoba-coba atau
menguji air, adalah mungkin untuk memulai dengan buku panduan yang baik dan
tanaman domestik (lebih murah daripada impor) dari hobi atau toko berkebun
untuk hanya beberapa ribu yen. Saya
menyaksikan program di TV tadi malam di mana amatir bonsai harus menebak
nilai-nilai berbagai berkualitas tinggi spesimen. Yang paling mahal tampak mirip dengan yang
ada di foto di atas dan bernilai lebih dari 5,5 juta yen (hampir 50.000
dolar!). Kualitas khusus yang dibuat
bahwa spesimen tertentu begitu berharga termasuk ketebalan (untuk spesies) yang
tidak biasa dari batangnya dan cabang-cabang dan usia tua nya.
Apa
yang membuat bonsai? (Milik Primer Situs Bonsai)
Sebuah bonsai dapat dikembangkan dari tanaman
berkayu (pohon atau semak), namun Anda harus diingat bahwa:
Sebuah bonsai adalah pohon dan pot.
Batang adalah apa yang memberikan pohon
"bertubuh" nya, batang miskin membuat miskin bonsai. Idealnya bagasi harus memiliki lancip yang
baik, dengan pembentukan akar yang baik terlihat pada tingkat tanah.
Bonsai memiliki cabang yang lebih besar di
bagian bawah pohon, cabang penurunan dalam ukuran karena mereka lebih dekat
bagian atas pohon. Jarak antara cabang
menurunkan dekat puncak pohon mereka.
Harus ada "negatif" (terbuka) daerah
antara cabang-cabang, hal ini memberikan kesan pohon daripada semak-semak.
Sebuah bonsai mungkin memiliki bidang kayu
mati untuk memberi kesan usia.
Kodo
secara harfiah berarti "cara
wewangian." Seiring dengan sado
(upacara minum teh) dan kado atau ikebana (rangkaian bunga) , itu adalah salah
satu dari tiga seni klasik utama yang setiap wanita perbaikan diharapkan untuk
belajar. Kodo mungkin yang paling
terkenal dari tiga, tetapi hari-hari sepupu modern, aromaterapi, adalah semua
kemarahan. Ketika berlatih Kodo, pelat
mika ditempatkan di atas bara membara dan kayu wangi dupa atau ditempatkan di
atas piring. Jadi kayu sebenarnya tidak
terbakar, tetapi memberikan off aromanya dengan cara yang halus.
Ini mungkin tampak semua tentang indera
penciuman, namun rahasia Kodo dalam "mendengarkan." Para peserta tidak "bau" (kata
kerja Jepang kagu ') kayu dupa atau harum, melainkan "mendengarkan"
(Kiku) untuk itu, membuka tidak begitu banyak saluran hidung mereka sebagai
jantung dan roh. Psikolog barat modern
dan terapis tahu tentang kekuatan indera penciuman, bagaimana bau langsung bisa
mengangkut orang kembali ke tempat dari masa kecil mereka. Di Jepang, pembakaran dupa dan wangi prizing
kayu langka telah mengangkut orang ke pesawat spiritual yang berbeda selama
berabad-abad.

Wangi kayu diyakini pertama kali digunakan
dalam Buddha ritual dalam Periode Nara (710-794). Sebagai kayu alami beraroma seperti ini
sangat langka dan dapat mengambil berabad-abad untuk memperoleh pewangi, dupa
buatan manusia muncul. Seperti dengan
dupa kadang-kadang digunakan di gereja-gereja Kristen, ia berpikir untuk
memiliki sifat memurnikan. Bahkan saat
digunakan untuk memurnikan tablet memorial kayu panjang yang ditawarkan kepada
almarhum sebagai bagian dari pemakaman.
Dupa Smouldering (Senko) secara teratur ditempatkan pada batu nisan atau
butsudan, altar kecil yang ditemukan di rumah-rumah banyak orang Jepang. Kodo diresmikan sekitar waktu Yoshimasa
shogun Ashikaga (1443-1490), yang meminta sarjana Sanjonishi Sanetaka untuk
mengklasifikasikan semua dupa yang digunakan pada saat itu. Untuk alasan ini, Sanjonishi dianggap
"bapak" dari Kodo.
Wewangian dari Kodo dibagi menjadi rikkoku
Gomi (lit. negara enam, lima rasa). Para
rikkoku enam jenis kayu harum: kyara, rakoku, manaka, manaban, sumatora, dan
sasora. Para Gomi adalah selera Amai
(manis), nigai (pahit), karai (pedas), suppai (asam), karai shio (asin). Menjadi mampu memecah aroma diberikan ke
elemen-elemen yang berbeda membutuhkan tahun pengalaman dan rasa yang sangat
halus bau.

Mempertajam indra
Memurnikan pikiran dan tubuh
Menghapus mental atau spiritual
"polutan" (kegare)
Meningkatkan kewaspadaan
Menyembuhkan perasaan kesepian
Menciptakan rasa harmoni bahkan di bawah
tekanan
Bahkan dalam kelimpahan, tidak berlebihan
Memenuhi, bahkan dalam jumlah kecil
Tidak busuk bahkan selama berabad-abad
Apakah ada salahnya bahkan jika digunakan
setiap hari
Seperti dalam upacara minum teh, praktisi Kodo
akan berkumpul dalam sebuah ruangan, di sebuah rumah pribadi atau di kuil,
dengan lantai ditutupi dengan tikar tatami.
Mereka duduk dalam gaya seiza formal (yang segera menjadi sangat tidak
nyaman bagi mereka yang tidak digunakan untuk itu) dan bergiliran mencoba
menebak aroma disiapkan oleh komoto, atau orang yang membakar dupa. Mereka memegang dupa di satu tangan, cangkir
asap halus dengan aroma lain dan mengangkat ke wajah mereka. Proses menebak membuatnya tampak seperti
permainan, meskipun Kodo praktisi cenderung untuk mengambil seni ini sangat
serius dan mendedikasikan dekade hidup mereka untuk itu. Jika Anda pikir Anda ingin mengetahui lebih
lanjut tentang Kodo, cara terbaik adalah untuk menghubungi cabang salah satu
dari dua sekolah, Oie-ryu dan Shino-ryu.
Ikebana
Rikka
gaya. Diatur oleh Kepala Sekolah Ikenobo Sen'ei, Ikenobo Sekolah
Shoka
shinputai gaya
Ikenobo
sekolah
Sementara karangan bunga bagi banyak orang di
Barat terdiri dari simetris mengatur tanaman berbunga di dalam vas, Jepang
Ikebana (harfiah 'bunga tetap hidup') jauh lebih kompleks. Ada banyak sekolah, yang paling populer
adalah Ikenobo, Ohara Sogetsu dan. Ada
juga gaya yang berbeda tergantung pada sekolah dan tanaman dan vas yang
digunakan.
Ikenobo merupakan sekolah tertua ikebana,
didirikan oleh imam Buddha Ikenobo Senkei di abad 15. Ia diperkirakan telah menciptakan rikka
(berdiri bunga) gaya. Gaya ini
dikembangkan sebagai ekspresi Buddhis dari keindahan alam, dengan tujuh cabang
mewakili bukit, air terjun, lembah dan sebagainya diatur dalam cara yang
formal. 45 kepala-generasi sekarang
sekolah adalah Ikenobo Sen'ei. Sekolah
ini berbasis di kuil Rokkakudo di Kyoto, diyakini telah dimulai oleh Pangeran
Shotoku . Di antara para imam dan
bangsawan, gaya ini menjadi lebih dan lebih formal sampai, pada akhir abad 17,
kelas pedagang tumbuh mengembangkan gaya sederhana, yang disebut Seika atau
shoka. Shoka hanya menggunakan tiga
cabang utama, yang dikenal sebagai sepuluh (surga), chi (bumi) dan jin
(manusia) dan dirancang untuk menunjukkan keindahan tanaman itu sendiri. Bentuk lain lama ikebana adalah nageire,
digunakan dalam upacara minum teh.
Yang pertama dari sekolah modern terbentuk
ketika Ohara Unshin pecah dari sekolah Ikenobo di akhir abad 19. Sekolah Ohara umumnya menggunakan moribana
(bertumpuk-up bunga) dalam sebuah wadah, dangkal datar. Sekolah itu dimulai pada saat budaya Barat
telah sangat berpengaruh di Jepang dan gaya moribana membuat baik penggunaan
tanaman Barat. Tapi itu masih bergaya
formal. Pengaruh dari gerakan seni awal
abad 20 menyebabkan perkembangan jiyuka (gaya bebas) pengaturan. Meskipun semua perubahan, ikebana masih hanya
untuk kelas atas.
Pada tahun 1930-an dan kemudian lebih-lebih
dalam periode sesudah perang, minat ikebana menjadi jauh lebih luas. Sekolah Ikebana membuka yang menarik orang
dari semua kelas sosial. Selama
pendudukan, banyak istri prajurit AS mengambil seni dan kemudian membantu
menyebar luar negeri. Dipimpin oleh
Teshigahara Sofu, pendiri pada tahun 1927 dari sekolah Sogetsu, zen-eibana atau
avant-garde ikebana memperkenalkan semua jenis material baru, seperti plastik,
plester dan baja.
Saat ini, ada sekitar 3.000 sekolah ikebana di
Jepang dan ribuan lainnya di seluruh dunia.
Sekolah Ikenobo sendiri memiliki sekitar 60.000 guru di seluruh dunia. Ikebana dipraktekkan oleh sekitar 15 juta
orang di Jepang, sebagian besar perempuan muda.
Ikebana
dapat dibagi menjadi dua gaya - gaya moribana vas dangkal dan gaya vas nageire
tinggi. Sekolah Sogetsu menggunakan
serangkaian kakei (pola) untuk setiap gaya sehingga bahkan pemula dapat dengan
cepat membuat pengaturan mereka sendiri.
Sebagai contoh, mari kita melihat gaya moribana Dasar Tegak.
Kakeizu untuk pengaturan yang
ditunjukkan di sebelah kiri
(Hak
cipta Sogetsukai Yayasan). Foto menunjukkan tampilan frontal seperti dalam
ilustrasi.
Para
shushi adalah tiga cabang utama - tulang kering (kebenaran) cabang, BUMN
(pendukung) cabang dan hikae (moderator) cabang. Pengaturan cabang-cabang dan pemegang logam
kenzan atau melonjak digambar dalam diagram sederhana, yang disebut kakeizu. Para kakeizu menunjukkan pandangan frontal
dan overhead dari pengaturan. Setelah
memeriksa kakeizu, cabang atau bunga yang cocok dipilih untuk shushi dan
dipangkas jika perlu. Batang dipotong
untuk panjang benar sesuai untuk mengatur formula. Kenzan ditempatkan di vas dan hanya ditutupi
dengan air. Sushi adalah tetap ke kenzan
dalam rangka dan sesuai dengan kakeizu Jushi atau. Batang pendek tambahan
ditambahkan untuk mendukung shushi dan memberikan kedalaman pengaturan. Akhirnya, komposisi diperiksa dan setiap sentuhan
akhir diterapkan.
Kimono

Ada berbagai jenis kimono untuk
berbagai kesempatan dan musim, termasuk yang dipakai oleh laki-laki. Selain yang dipakai setiap hari oleh beberapa
orang tua atau artis seni tradisional, kimono adalah pemandangan jauh kurang
umum hari ini tapi masih banyak dikenakan pada acara-acara khusus seperti
pernikahan (kiri) dan upacara wisuda.
Sebagian dari alasannya adalah biaya, sebagai kimono sutra yang layak
akan membuat Anda kembali bagian terbaik dari satu juta yen. Tapi ada juga pertanyaan tentang bagaimana
untuk memakai kimono dan mengikat obi (sabuk dekoratif), prosedur yang rumit
yang berada di luar kemampuan banyak wanita muda. Mereka biasanya harus meminta ibu mereka
untuk membantu mereka atau mengambil kursus di sekolah kimono.
Jadi
bagaimana kimono disatukan?
Bagian
dari sebuah Kimono
ushiromigoro -
bagian utama belakang
uraeri -
kerah batin
Doura -
lapisan atas
Sodetsuke
- armhole jahitan
Fuki
- penjaga keliman
sode -
lengan
okumi - panel depan bawah kerah
miyatsukuchi -
membuka bawah armhole
sodeguchi -
membuka lengan
tamoto -
kantong lengan
maemigoro
- bagian utama depan
Furi
- lengan bawah armhole
Tomoeri
- overcollar
Eri
- kerah
susomawashi -
lapisan yang lebih rendah
Ilustrasi ke kiri menunjukkan bagaimana desain
kimono yang telah berubah selama berabad-abad.
Dari sekitar Periode Nara (710-94), pakaian yang disebut kosode (lengan
kecil) dipakai, pertama sebagai pakaian dan kemudian sebagai pakaian luar, baik
oleh perempuan dan laki-laki. Garmen ini
menjadi dikenal sebagai kimono dari abad ke-18.
Meskipun saat ini jauh lebih umum daripada mereka dulu, bahkan
pengunjung jangka pendek cenderung melihat setidaknya salah satu pakaian yang
elegan selama mereka tinggal.
Wanita memakai kimono ketika mereka menghadiri
kesenian tradisional, seperti upacara minum teh atau ikebana kelas. Gadis-gadis dan wanita lajang muda mengenakan
furisode, warna-warni gaya kimono dengan lengan panjang dan diikat dengan obi
berwarna cerah (selempang). Kimono
terbuat dari kain dengan pola geometris sederhana, yang disebut Edo Komon,
lebih polos dan santai.
Pada pernikahan, pengantin akan
sering pergi melalui beberapa perubahan kostum.
Salah satu dari mereka akan melihat pengantin dalam shiromuku, kimono,
berat putih bordir dan memakai rambut palsu yang rumit. Pengantin pria memakai kimono hitam terbuat dari
sutra habutae dan membawa lambang keluarga, hakama (rok berlipit) dan mantel
setengah panjang hitam disebut haori.
Sesuai Barat lebih umum untuk tamu laki-laki.
Untuk pemakaman, baik pria maupun wanita
memakai kimono hitam polos. Dengan jas
hitam yang cocok untuk keduanya, sering kali sulit untuk mengatakan apakah
seorang pria akan pernikahan atau pemakaman kecuali bahwa mereka mengenakan
dasi putih untuk pernikahan dan dasi hitam untuk pemakaman. Pada bulan Januari setiap tahun, usia 20
tahun merayakan kedatangan mereka usia.
Kebanyakan wanita memakai komono rumit berwarna, sering dengan boa bulu
norak. Lain mengenakan kimono kesempatan
termasuk Tahun Baru , upacara wisuda dan Shichi-go-san untuk anak-anak.
Secara tradisional, seni mengenakan kimono
disahkan dari ibu ke anak perempuan tetapi hari-hari sekolah khusus dapat
melakukan bisnis cepat menyampaikan teknik-teknik yang diperlukan. Hal pertama yang memakai adalah tabi (kaus
kaki katun putih); berikutnya pakaian, atas dan rok sampul, kemudian nagajuban
tersebut, di bawah-kimono yang diikat dengan sabuk datemaki; akhirnya kimono,
dengan sisi kiri atas (kanan atas kiri hanya digunakan ketika rias mayat untuk
pemakaman) yang tepat dan diikat dengan obi.
Sekitar satu inci dari haneri (kerah) dari nagajuban menunjukkan dalam
kerah kimono. Desain longgar kerah
adalah untuk memberikan sekilas leher, dianggap sebagai bagian paling sensual
dari wanita memakai kimono. Ketika luar,
sandal Zōri biasanya dipakai.
Berjajar (awase) kimono, tradisional terbuat
dari sutra tetapi kadang-kadang kain wol atau sintetis, yang dipakai selama
bulan-bulan dingin. Cahaya, yukata kapas
yang dikenakan oleh pria dan wanita selama bulan-bulan musim panas dan setelah
mandi di onsen (resort air panas) dan ryokan (penginapan tradisional). Seringkali mereka dikenakan dengan geta ,
alas kaki kayu informal. Awalnya dipakai
untuk mandi rumah oleh kelas atas dan terbuat dari katun putih polos, yukata
menjadi populer di kalangan masyarakat umum dan sering stensil-dicelup. Hari ini, yukata berwarna cerah yang umum pada
festival musim panas dan menampilkan kembang api, khususnya bagi perempuan muda
dan anak-anak.
Makanan
Orang Jepang menyukai makanan
mereka. Hal ini dapat dilihat dengan
jumlah orang yang makan, bahkan di saat resesi, dan jumlah program yang
berhubungan dengan makanan di TV.
Beritahu seseorang yang Anda mengambil perjalanan ke Hokkaido dan hal
pertama yang mereka akan lakukan adalah bersikeras bahwa Anda mencoba makanan
laut sementara Anda berada di sana atau Okonomiyaki di Osaka dan
sebagainya. Sementara sushi telah
menjadi semakin populer di Barat, makanan sebagian besar orang Jepang masih
cukup banyak diketahui. Restoran Jepang
di seluruh dunia telahcenderung untuk melayani wisatawan Jepang dan telah harga
sesuai, yaitu. mahal. Tetapi di Jepang ada berbagai macam makanan
yang tersedia dengan harga mulai dari gaji satu bulan untuk sangat wajar.
Katsudon
Sashimi
dan sushi

Domburimono

Tempura
Seafood atau
sayuran dicelupkan ke dalam adonan dan goreng, tempura disajikan dengan saus
dan daikon. Kata 'tempura' berasal dari
Portugis 'tempero' (saus atau saus) dan hidangan ini berasal dari pertengahan
abad ke-16, ketika Portugis dan budaya Spanyol pertama kali diperkenalkan ke
Jepang. Tempura bisa disajikan dengan
semangkuk sisi nasi dan sup atau semangkuk nasi (tendon) atau mi (tempura udon,
tempura soba) .
Sukiyaki
Ini adalah
gurih rebusan sayuran dan daging sapi dimasak dalam nabe besar dan dicelupkan
ke dalam mangkuk telur mentah dipukuli.
Sayuran biasanya digunakan adalah daun bawang, jamur shiitake dan krisan
daun (shungiku). Juga ditambahkan adalah
tahu dan agar-agar mie (shirataki) dan bahan yang dimasak dalam saus yang
terbuat dari kecap, gula dan sake manis memasak (mirin) .
Shabushabu
Untuk
hidangan ini, pengunjung mencelupkan kertas iris tipis daging sapi dalam
sepanci air mendidih dan saham selama beberapa detik dan kemudian mencelupkan
daging sapi dimasak dengan saus wijen (Goma berani) sebelum makan. Kemudian, sayuran seperti jamur enoki dan
kubis Cina, tahu dan shirataki ditambahkan. Ketika dimasak, ini dicelupkan ke dalam kecap
dan jeruk (ponzu). Setelah daging sapi
dan sayuran telah selesai, udon dapat ditambahkan ke pot dan dimakan dengan
kaldu. Perasa lain yang digunakan
termasuk bawang putih, daun bawang dan daikon.
Ekonomis (bagi mereka dengan nafsu makan yang besar) all-you-can-eat
makanan yang umum di restoran Shabushabu.
Okonomiyaki
atasnya dengan saus dan jahe
Okonomiyaki
Hal ini
terbaik dapat digambarkan sebagai orang Jepang gurih pancake. Sayuran cincang dan daging atau makanan laut
dicampur dengan adonan dan dimasak di atas wajan dengan. Seperti kue dadar, yang Okonomiyaki adalah
flipped atasnya dan dimasak di kedua sisi.
Hal ini kemudian atasnya dengan saus khusus dan mayones dan ditaburi
nori dan serpih ikan kering (katsuobushi).
Variasi termasuk menambahkan telur goreng atau soba .
Yakitori
Yakitori
sendiri berarti ayam panggang. Berbagai
potongan ayam, termasuk jantung, hati dan tulang rawan yang dimasak di atas
panggangan sate arang. Juga dimasak
dengan cara ini di restoran yakitori (yakitoriya) adalah berbagai macam sayuran
seperti paprika hijau (Piman), siung bawang putih (ninniku) dan bawang
(Negi). Mereka rasa baik menggunakan
saus tajam (tara) atau garam (shio).
Menu biasanya akan berisi berbagai makanan lain juga. Yakitoriya biasanya santai tempat makanan
camilan untuk menemani minum.
Yakiniku
Orang Jepang mulai memakan daging lebih banyak
setelah Perang Dunia II dan penurunan harga daging sapi di awal 1990-an
menyebabkan restoran yakiniku menjadi mana-mana di seluruh negeri. Istilah diterjemahkan secara harfiah sebagai
"daging panggang," dan itu terdiri dari potongan-potongan kecil
daging sapi (dan daging babi yang lebih rendah tingkat, makanan laut ayam, dan
sayuran) yang dipanggang di meja makan itu.
Meskipun di luar negeri biasanya disebut "Jepang barbeque," di
Jepang itu sering diterjemahkan sebagai "barbeque Korea."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar