Pages

Minggu, 15 Januari 2012

Serba-serbi Negara Matahari


Jepang























日本国
Nippon-koku atau Nihon-koku
Bendera                                   Segel Kekaisaran



 





Lagu kebangsaan: Kimigayo (君が代?)
Segel Pemerintahan:
    
Paulownia (五七桐 Go-Shichi no Kiri?)

Ibu kota
(dan kota terbesar)       Tokyo (de facto)
35°41′N 139°46′E
Bahasa resmi   Bahasa Jepang (de facto)[1]
Bahasa daerah
 yang diakui     Aynu itak, bahasa Ryukyu, dan dialek bahasa Jepang
Bahasa nasional
 Aksara nasional

            Bahasa Jepang
Kanji
Hiragana
Katakana
Kelompok etnik           98,5% Jepang, 0,5% Korea, 0,4% Cina, 0,6% lain-lain[2]
Pemerintahan   Monarki konstitusional, sistem parlementer
 -          Kaisar  Akihito
 -          Perdana Menteri           Yoshihiko Noda (DPJ)
Legislatif          Parlemen Jepang
 -          Majelis Tinggi  Majelis Tinggi Jepang (Sangi-in)
 -          Majelis Rendah            Majelis Rendah Jepang (Shugi-in)
Pendirian negara
 -          Hari Pendirian Negara  11 Februari 660 SM[3]
 -          Konstitusi Meiji           29 November 1890
 -          Konstitusi Jepang         3 Mei 1947
 -          Perjanjian San Francisco         
 28 April 1952
Luas
 -          Total    377,944 km2 [4](ke-61)
 -          Air (%)            0,8
Penduduk
 -          Perkiraan 2009            127.530.000[5] (ke-10)
 -          Sensus 2004    127.333.002
 -          Kepadatan       337,4/km2 (ke-30)
PDB (KKB)     Perkiraan 2008
 -          Total    AS$4,356 triliun[6] (ke-3)
 -          Per kapita         AS$34.115[6] (ke-24)
PDB (nominal) Perkiraan 2008
 -          Total    AS$4.910 triliun[6] (ke-2)
 -          Per kapita         AS$38.457[6] (ke-23)
Gini     38,1 (2002)[7]
IPM (2007)      ▲ 0,960[8] (sangat tinggi) (ke-10)
Mata uang        Simbol internasional ¥
Dibaca (Yen)
 Simbol jepang
Dibaca (En) (JPY)
Zona waktu      JST (UTC+9)
Format tanggal yyyy-mm-dd
 yyyymd
zaman yymd
Lajur kemudi   kiri
Ranah Internet .jp
Kode telepon   81

Nama Jepang
Jepang disebut Nippon atau Nihon dalam bahasa Jepang. Kedua kata ini ditulis dengan huruf kanji yang sama, yaitu 日本 (secara harfiah: asal-muasal matahari). Sebutan Nippon sering digunakan dalam urusan resmi, termasuk nama negara dalam uang Jepang, prangko, dan pertandingan olahraga internasional. Sementara itu, sebutan Nihon digunakan dalam urusan tidak resmi seperti pembicaraan sehari-hari.
Kata Nippon dan Nihon berarti "negara/negeri matahari terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi Kekaisaran Jepang dengan Dinasti Sui di Cina, dan merujuk kepada letak Jepang yang berada di sebelah timur daratan Cina. Sebelum Jepang memiliki hubungan dengan Cina, negara ini dikenal sebagai Yamato (大和).[12] Di Cina pada zaman Tiga Negara, sebutan untuk Jepang adalah negara Wa ().
Dalam bahasa Cina dialek Shanghai yang termasuk salah satu dialek Wu, aksara Cina 日本 dibaca sebagai Zeppen ([zəʔpən]). Dalam dialek Wu, aksara secara tidak resmi dibaca sebagai [niʔ] sementara secara resmi dibaca sebagai [zəʔ]. Dalam beberapa dialek Wu Selatan, 日本 dibaca sebagai [niʔpən] yang mirip dengan nama dalam bahasa Jepang.
Kata Jepang dalam bahasa Indonesia kemungkinan berasal dari bahasa Cina, tepatnya bahasa Cina dialek Wu tersebut. Bahasa Melayu kuno juga menyebut negara ini sebagai Jepang (namun ejaan bahasa Malaysia sekarang: Jepun). Kata Jepang dalam bahasa Melayu ini kemudian dibawa ke Dunia Barat oleh pedagang Portugis, yang mengenal sebutan ini ketika berada di Malaka pada abad ke-16. Mereka lah yang pertama kali memperkenalkan nama bahasa Melayu tersebut ke Eropa. Dokumen tertua dalam bahasa Inggris yang menyebut tentang Jepang adalah sepucuk surat dari tahun 1565, yang di dalamnya bertuliskan kata Giapan

Prasejarah
  Sebuah bejana dari periode Jomon Pertengahan (3000-2000 SM).
Penelitian arkeologi menunjukkan bahwa Jepang telah dihuni manusia purba setidaknya 600.000 tahun yang lalu, pada masa Paleolitik Bawah. Setelah beberapa zaman es yang terjadi pada masa jutaan tahun yang lalu, Jepang beberapa kali terhubung dengan daratan Asia melalui jembatan darat (dengan Sakhalin di utara, dan kemungkinan Kyushu di selatan), sehingga memungkinkan perpindahan manusia, hewan, dan tanaman ke kepulauan Jepang dari wilayah yang kini merupakan Republik Rakyat Cina dan Korea. Zaman Paleolitik Jepang menghasilkan peralatan bebatuan yang telah dipoles yang pertama di dunia, sekitar tahun 30.000 SM.
Dengan berakhirnya zaman es terakhir dan datangnya periode yang lebih hangat, kebudayaan Jomon muncul pada sekitar 11.000 SM, yang bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul semi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik dan pembuatan kerajinan tembikar terawal di dunia. Diperkirakan bahwa penduduk Jomon merupakan nenek moyang suku Proto-Jepang dan suku Ainu masa kini.
Dimulainya periode Yayoi pada sekitar 300 SM menandai kehadiran teknologi-teknologi baru seperti bercocok tanam padi di sawah yang berpengairan dan teknik pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang dibawa serta migran-migran dari Cina atau Korea.
Dalam sejarah Cina, orang Jepang pertama kali disebut dalam naskah sejarah klasik, Buku Han yang ditulis tahun 111. Setelah periode Yayoi disebut periode Kofun pada sekitar tahun 250, yang bercirikan didirikannya negeri-negeri militer yang kuat. Menurut Catatan Sejarah Tiga Negara, negara paling berjaya di kepulauan Jepang waktu itu adalah Yamataikoku.
·         Zaman Klasik
Bagian sejarah Jepang meninggalkan dokumen tertulis dimulai pada abad ke-5 dan abad ke-6 Masehi, saat sistem tulisan Cina, agama Buddha, dan kebudayaan Cina lainnya dibawa masuk ke Jepang dari Kerajaan Baekje di Semenanjung Korea.
 Jepang dapat mengusir dua kali invasi Mongol ke Jepang (1274 dan 1281)
Perkembangan selanjutnya Buddhisme di Jepang dan seni ukir rupang sebagian besar dipengaruhi oleh Buddhisme Cina.[14] Walaupun awalnya kedatangan agama Buddha ditentang penguasa yang menganut Shinto, kalangan yang berkuasa akhirnya ikut memajukan agama Buddha di Jepang, dan menjadi agama yang populer di Jepang sejak zaman Asuka.[15]
Melalui perintah Reformasi Taika pada tahun 645, Jepang menyusun ulang sistem pemerintahannya dengan mencontoh dari Cina. Hal ini membuka jalan bagi filsafat Konfusianisme Cina untuk menjadi dominan di Jepang hingga abad ke-19.
Periode Nara pada abad ke-8 menandai sebuah negeri Jepang dengan kekuasaan yang tersentralisasi. Ibu kota dan istana kekaisaran berada di Heijo-kyo (kini Nara). Pada zaman Nara, Jepang secara terus menerus mengadopsi praktik administrasi pemerintahan dari Cina. Salah satu pencapaian terbesar sastra Jepang pada zaman Nara adalah selesainya buku sejarah Jepang yang disebut Kojiki (712) dan Nihon Shoki (720).[16]
  Patung Buddha di Todaiji, Nara, yang dibuat pada tahun 752.
Pada tahun 784, Kaisar Kammu memindahkan ibu kota ke Nagaoka-kyō, dan berada di sana hanya selama 10 tahun. Setelah itu, ibu kota dipindahkan kembali ke Heian-kyō (kini Kyoto). Kepindahan ibu kota ke Heian-kyō mengawali periode Heian yang merupakan masa keemasan kebudayaan klasik asli Jepang, terutama di bidang seni, puisi dan sastra Jepang. Hikayat Genji karya Murasaki Shikibu dan lirik lagu kebangsaan Jepang Kimi ga Yo berasal dari periode Heian.[17]
·         Zaman Pertengahan
    
Sekelompok orang-orang Portugis dari periode Nanban, abad ke-17.
Abad pertengahan di Jepang merupakan zaman feodalisme yang ditandai oleh perebutan kekuasaan antarkelompok penguasa yang terdiri dari ksatria yang disebut samurai. Pada tahun 1185, setelah menghancurkan klan Taira yang merupakan klan saingan klan Minamoto, Minamoto no Yoritomo diangkat sebagai shogun, dan menjadikannya pemimpin militer yang berbagi kekuasaan dengan Kaisar. Pemerintahan militer yang didirikan Minamoto no Yoritomo disebut Keshogunan Kamakura karena pusat pemerintahan berada di Kamakura (di sebelah selatan Yokohama masa kini). Setelah wafatnya Yoritomo, klan Hōjō membantu keshogunan sebagai shikken, yakni semacam adipati bagi para shogun. Keshogunan Kamakura berhasil menahan serangan Mongol dari wilayah Cina kekuasaan Mongol pada tahun 1274 dan 1281. Meskipun secara politik terbilang stabil, Keshogunan Kamakura akhirnya digulingkan oleh Kaisar Go-Daigo yang memulihkan kekuasaan di tangan kaisar. Kaisar Go-Daigo akhirnya digulingkan Ashikaga Takauji pada 1336.[18] Keshogunan Ashikaga gagal membendung kekuatan penguasa militer dan tuan tanah feodal (daimyo) dan pecah perang saudara pada tahun 1467 (Perang Ōnin) yang mengawali masa satu abad yang diwarnai peperangan antarfaksi yang disebut masa negeri-negeri saling berperang atau periode Sengoku.[19]
Pada abad ke-16, para pedagang dan misionaris Serikat Yesuit dari Portugal tiba untuk pertama kalinya di Jepang, dan mengawali pertukaran perniagaan dan kebudayaan yang aktif antara Jepang dan Dunia Barat (Perdagangan dengan Nanban). Orang Jepang menyebut orang asing dari Dunia Barat sebagai namban yang berarti orang barbar dari selatan.
             Salah satu kapal segel merah Jepang (1634) yang dipakai berdagang di Asia.
Oda Nobunaga menaklukkan daimyo-daimyo pesaingnya dengan memakai teknologi Eropa dan senjata api. Nobunaga hampir berhasil menyatukan Jepang sebelum tewas terbunuh dalam Peristiwa Honnōji 1582. Toyotomi Hideyoshi menggantikan Nobunaga, dan mencatatkan dirinya sebagai pemersatu Jepang pada tahun 1590. Hideyoshi berusaha menguasai Korea, dan dua kali melakukan invasi ke Korea, namun gagal setelah kalah dalam pertempuran melawan pasukan Korea yang dibantu kekuatan Dinasti Ming. Setelah Hideyoshi wafat, pasukan Hideyoshi ditarik dari Semenanjung Korea pada tahun 1598.[20]
Sepeninggal Hideyoshi, putra Hideyoshi yang bernama Toyotomi Hideyori mewarisi kekuasaan sang ayah. Tokugawa Ieyasu memanfaatkan posisinya sebagai adipati bagi Hideyori untuk mengumpulkan dukungan politik dan militer dari daimyo-daimyo lain. Setelah mengalahkan klan-klan pendukung Hideyori dalam Pertempuran Sekigahara tahun 1600, Ieyasu diangkat sebagai shogun pada tahun 1603. Pemerintahan militer yang didirikan Ieyasu di Edo (kini Tokyo) disebut Keshogunan Tokugawa. Keshogunan Tokugawa curiga terhadap kegiatan misionaris Katolik, dan melarang segala hubungan dengan orang-orang Eropa. Hubungan perdagangan dibatasi hanya dengan pedagang Belanda di Pulau Dejima, Nagasaki. Pemerintah Tokugawa juga menjalankan berbagai kebijakan seperti undang-undang buke shohatto untuk mengendalikan daimyo di daerah. Pada tahun 1639, Keshogunan Tokugawa mulai menjalankan kebijakan sakoku ("negara tertutup") yang berlangsung selama dua setengah abad yang disebut periode Edo. Walaupun menjalani periode isolasi, orang Jepang terus mempelajari ilmu-ilmu dari Dunia Barat. Di Jepang, ilmu dari buku-buku Barat disebut rangaku (ilmu belanda) karena berasal dari kontak orang Jepang dengan enklave orang Belanda di Dejima, Nagasaki. Pada periode Edo, orang Jepang juga memulai studi tentang Jepang, dan menamakan "studi nasional" tentang Jepang sebagai kokugaku.[21]
·         Zaman Modern
 Kekaisaran Jepang terdiri dari sebagian besar Asia Timur dan Tenggara pada tahun 1942.
Pada 31 Maret 1854, kedatangan Komodor Matthew Perry dan "Kapal Hitam" Angkatan Laut Amerika Serikat memaksa Jepang untuk membuka diri terhadap Dunia Barat melalui Persetujuan Kanagawa. Persetujuan-persetujuan selanjutnya dengan negara-negara Barat pada masa Bakumatsu membawa Jepang ke dalam krisis ekonomi dan politik. Kalangan samurai menganggap Keshogunan Tokugawa sudah melemah, dan mengadakan pemberontakan hingga pecah Perang Boshin tahun 1867-1868. Setelah Keshogunan Tokugawa ditumbangkan, kekuasaan dikembalikan ke tangan kaisar (Restorasi Meiji) dan sistem domain dihapus. Semasa Restorasi Meiji, Jepang mengadopsi sistem politik, hukum, dan militer dari Dunia Barat. Kabinet Jepang mengatur Dewan Penasihat Kaisar, menyusun Konstitusi Meiji, dan membentuk Parlemen Kekaisaran. Restorasi Meiji mengubah Kekaisaran Jepang menjadi negara industri modern dan sekaligus kekuatan militer dunia yang menimbulkan konflik militer ketika berusaha memperluas pengaruh teritorial di Asia. Setelah mengalahkan Cina dalam Perang Sino-Jepang dan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang, Jepang menguasai Taiwan, separuh dari Sakhalin, dan Korea.[22]
Pada awal abad ke-20, Jepang mengalami "demokrasi Taisho" yang dibayang-bayangi bangkitnya ekspansionisme dan militerisme Jepang. Semasa Perang Dunia I, Jepang berada di pihak Sekutu yang menang, sehingga Jepang dapat memperluas pengaruh dan wilayah kekuasaan. Jepang terus menjalankan politik ekspansionis dengan menduduki Manchuria pada tahun 1931. Dua tahun kemudian, Jepang keluar dari Liga Bangsa-Bangsa setelah mendapat kecaman internasional atas pendudukan Manchuria. Pada tahun 1936, Jepang menandatangani Pakta Anti-Komintern dengan Jerman Nazi, dan bergabung bergabung bersama Jerman dan Italia membentuk Blok Poros pada tahun 1941[23]
Pada tahun 1937, invasi Jepang ke Manchuria memicu terjadinya Perang Sino-Jepang Kedua (1937-1945) yang membuat Jepang dikenakan embargo minyak oleh Amerika Serikat[24] Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, dan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda. Serangan Pearl Harbor menyeret AS ke dalam Perang Dunia II. Setelah kampanye militer yang panjang di Samudra Pasifik, Jepang kehilangan wilayah-wilayah yang dimilikinya pada awal perang. Amerika Serikat melakukan pengeboman strategis terhadap Tokyo, Osaka dan kota-kota besar lainnya. Setelah AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 (Hari Kemenangan atas Jepang).[25]
Perang membawa penderitaan bagi rakyat Jepang dan rakyat di wilayah jajahan Jepang. Berjuta-juta orang tewas di negara-negara Asia yang diduduki Jepang di bawah slogan Kemakmuran Bersama Asia. Hampir semua industri dan infrastruktur di Jepang hancur akibat perang. Pihak Sekutu melakukan repatriasi besar-besaran etnik Jepang dari negara-negara Asia yang pernah diduduki Jepang.[26] Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh yang diselenggarakan pihak Sekutu mulai 3 Mei 1946 berakhir dengan dijatuhkannya hukuman bagi sejumlah pemimpin Jepang yang terbukti bersalah melakukan kejahatan perang.
1.      Pencakar langit di Shinjuku, Tokyo
Pada tahun 1947, Jepang memberlakukan Konstitusi Jepang yang baru. Berdasarkan konstitusi baru, Jepang ditetapkan sebagai negara yang menganut paham pasifisme dan mengutamakan praktik demokrasi liberal. Pendudukan AS terhadap Jepang secara resmi berakhir pada tahun 1952 dengan ditandatanganinya Perjanjian San Francisco.[27] Walaupun demikian, pasukan AS tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan penting di Jepang, khususnya di Okinawa. Perserikatan Bangsa-Bangsa secara secara resmi menerima Jepang sebagai anggota pada tahun 1956.
Seusai Perang Dunia II, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, dan menempatkan Jepang sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor dua di dunia, dengan rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 10% per tahun selama empat dekade. Pesatnya pertumbuhan ekonomi Jepang berakhir pada awal tahun 1990-an setelah jatuhnya ekonomi gelembung.[28]

SADO
Ada beberapa sekolah Sado, atau upacara minum teh Jepang, juga dikenal sebagai Chanoyu.  Teh, dalam hal ini O-cha (teh hijau), adalah sebagai bagian integral budaya di Jepang sebagai kopi di Amerika Serikat (lebih begitu, sebenarnya) atau 'secangkir teh' adalah di Inggris.  Juga, manfaat kesehatan secara luas dipuji dan umumnya diterima di seluruh dunia.  Dan studi tentang upacara minum teh masih dianggap sebagai bagian dari pendidikan 'tepat' dari setiap muda bercita-cita 'wanita'.  Semua faktor ini memastikan bahwa bentuk seni kuno berkembang bahkan di zaman modern Jepang.
Sen tidak Rikyu










Para Shokintei kedai teh 
          
 Ritual awal melibatkan teh datang ke Jepang sebagai bagian dari meditasi Buddha di abad ke-6.  Kemudian, di Periode Kamakura (1185-1333), seorang imam Jepang bernama Eisai diperkenalkan biji teh yang menjadi sumber banyak teh ditanam di Jepang hari ini.  Satu abad kemudian Eizon imam dan biarawan Ikkyu lanjut dipromosikan upacara minum teh.  Shuko, murid dari Ikkyu, menjadi tuan teh Ashikaga Yoshimasa Shogun di vila yang (sekarang dikenal sebagai Ginkakuji atau 'Kuil Paviliun Siver' di Kyoto) tujuan pertama membuat kamar teh di Jepang dibangun.
            Akar dari sekolah utama saat ini dapat ditelusuri dengan teh menguasai Sen Tidak Rikyu (1522-1591).  Selama generasi kemudian, upacara minum teh disaring dan memperoleh lebih Jepang dan bukan estetika Cina.  Anak-anak cucu Rikyu Sotan mendirikan sekolah mereka sendiri: Ura Senke untuk jelata, Senke Omote untuk aristokrat dan Mushanokoji Senke, yang sangat menghargai prinsip wabi.  (Wabi dapat digambarkan sebagai prinsip moral dan estetik yang menekankan hidup tenang bebas dari kekhawatiran duniawi).  Para Ura Senke sekolah terus berkembang hari ini dan mendorong pertukaran budaya luar negeri melalui upacara minum teh.
 Para chaji, atau upacara minum teh biasanya diadakan di sebuah cha-shitsu (teh-ruang).  Pada zaman megah, ini akan terdiri dari sebuah bangunan kecil yang terletak terpisah di sudut indah dan tenang dari taman tradisional.  Struktur ini dapat paling sering dilihat hari ini di taman atau kebun istana dan kuil.  Shokintei kedai teh di Istana Terpisah Katsura di Kyoto adalah contoh yang baik.
 Para tamu memasuki ruangan teh melalui nijiriguchi, sebuah pintu kecil yang memaksa mereka untuk berjongkok, sehingga atas statusnya duniawi mereka.  Dalam banyak faktor chaji resmi dianggap untuk merayakan keunikan saat ini: tamu yang diundang, musim, kaligrafi gulir tergantung di dinding, bunga-bunga di layar, peralatan, makanan yang disajikan sebelum teh dan sebagainya.  Para chaji sendiri memiliki beberapa tahap, masing-masing dengan kedalaman makna sulit bagi orang luar untuk memahami tetapi akhirnya didasarkan pada reverance bagi alam dan penciptaan sebuah momen yang sempurna dalam waktu.
 Berikut ini adalah pesan dari Sen Soshitsu, Ura Senke Agung Teh Guru XV:
 "Chado, Jalan Dari Teh, didasarkan pada tindakan sederhana air mendidih, membuat teh, menawarkan kepada orang lain, dan minum sendiri. Disajikan dengan hati yang hormat dan diterima dengan rasa syukur, semangkuk teh baik secara fisik dan memenuhi spiritual haus.
 Hiruk pikuk dunia dan dilema segudang kami meninggalkan tubuh dan pikiran kita lelah.  Hal ini kemudian bahwa kita mencari tempat di mana kita dapat memiliki saat perdamaian dan ketenangan.  Dalam disiplin Chado tempat seperti itu dapat ditemukan.  Empat prinsip harmoni, kemurnian rasa hormat, dan ketenangan, kodifikasi hampir empat ratus tahun lalu, adalah panduan abadi dengan praktek Chado.  Memasukkan mereka ke dalam kehidupan sehari-hari membantu satu untuk menemukan tempat diserang ketenangan yang ada di dalam kita masing-masing.
 Sebagai wakil dari tradisi Jepang yang tak terputus empat ratus tahun, saya senang melihat bahwa banyak non-Jepang menyambut kesempatan untuk melanjutkan studi nya.  Ini bunga yang tumbuh di Chado antara rakyat semua bangsa membawa saya untuk berusaha lebih keras untuk memungkinkan lebih banyak orang untuk memasuki Jalan Teh. "
 Sebuah selebran upacara minum teh memegang Chasen (sikat bambu) digunakan untuk membangkitkan dan campuran teh.
 Peralatan lainnya yang digunakan selama upacara meliputi: cha-kemarahan, wadah keramik yang digunakan untuk teh bubuk; yang kama (ketel) yang digunakan untuk air mendidih di atas api arang; Hashi (sumpit) yang terbuat dari kayu cedar kayu yang digunakan untuk memakan makanan sederhana ; cha-wan (mangkuk teh) dan banyak lainnya.
Koicha (teh kental) dilayani dahulu dan kemudian usucha (teh tipis).  Selama upacara, makanan ringan kaiseki, sake dan Higashi (manisan kering) juga disajikan.
 Pada catatan lain, salah satu indikator kunci dari kemajuan Jepang (atau kekurangan daripadanya) di bidang hubungan gender adalah apakah kantor wanita (yang OL) yang diperlukan oleh majikan yang diberikan untuk membuat dan melakukan putaran dengan teh selama hari kerja.  Ini adalah penyebab yang paling mungkin keluhan sering disuarakan antara daftar panjang perilaku seksis berurat berakar dalam masyarakat perusahaan Jepang.


Bonsai
 

Apa yang Anda lakukan ketika Anda tinggal di sebuah negara dengan ruang terbatas namun ingin berolahraga jari hijau atau mengekspresikan cinta Anda, dan bahkan reverance rohani Anda, untuk alam?  Nah, Anda selalu dapat melakukan hal-hal dalam miniatur - ikebana dan bonsai dua pilihan utama Anda.  Meskipun kata 'ikebana' secara harfiah berarti 'bunga hidup', sebenarnya presentasi visual dari batang potong, bunga dan fitur lain untuk mewakili suatu aspek alam dalam miniatur. 'Pot' bonsai, di sisi lain, sarana dan bentuk seni melibatkan membesarkan pohon hidup, sering selama beberapa tahun.  Sementara mereka kecil, bonsai tidak benar-benar berbeda dari pohon-pohon yang kita lihat di sekitar kita, mereka tidak spesies miniatur.  Namun mereka adalah cabang-cabang kecil pohon, dipilih dengan cermat, dipangkas dan dibudidayakan sehingga mereka terlihat seperti versi lebih kecil dari spesies mereka sendiri.  Mereka juga ditampilkan dengan cara yang menunjukkan menonaktifkan fitur terbaik mereka, biasanya dalam panci, sederhana dangkal.  Bonsai adalah tentang kombinasi tanaman dan pot.  Ada berbagai gaya bonsai seperti: gaya sapu - batang meruncing atasnya oleh area simetris dedaunan; cascading style - pot disimpan pada platform dan 'cascade' cabang-cabang di bawah ini; gaya keanginan - menyerupai pohon yang telah berkembang di sebuah area yang terkena angin kencang Saikei mirip dengan dan sering bingung dengan bonsai,. tetapi sebenarnya lebih dekat dengan ikebana.  Berbagai jenis pohon kecil serta, tanaman lain batu dan pasir yang digunakan untuk membuat miniatur lanskap.
 Perkebunan dalam berbagai bentuk telah menikmati sesuatu dari ledakan di Jepang dalam beberapa tahun terakhir dan mereka dengan ruang terbatas telah menemukan kembali pesona dan tantangan ini bagian dari budaya asli mereka.  Seperti yang saya katakan, bonsai pohon nyata dalam miniatur dan biasanya tidak cocok sebagai tanaman hias (beberapa spesies telah dikembangkan untuk di dalam ruangan).  Biasanya mereka tangguh dan dapat menangani cuaca yang paling.  Bahkan, pertumbuhan mereka dapat terpengaruh oleh buatan (mis. dalam ruangan) cahaya dan kondisi panas, tergantung pada iklim dan asal-usul spesies pohon.  Bahkan kota kecil balkon apartemen dapat cukup besar untuk membangun koleksi, sesuatu dari sebuah oasis bagi penduduk perkotaan.  Yang terkecil bonsai, yang disebut Mame (kacang) dapat hanya beberapa inci dan koleksi juga mungkin memiliki pohon beberapa meter tingginya.  Yang paling populer adalah sekitar 6 inci sampai kaki.
 Untuk tukang kebun yang lebih serius, adalah mungkin untuk tumbuh bonsai dari biji, stek, cabang sementara itu masih di pohon hidup atau bahkan memangkas dan beradaptasi pohon dari pusat taman.  Tapi ini adalah proses panjang dan melelahkan, mengambil beberapa tahun sebelum Anda memiliki jenis 'produk jadi'.  Memang beberapa bonsai yang paling berharga telah sekitar lebih lama dari pemiliknya.  Beberapa penggemar pergi ke biaya besar untuk membeli bonsai dari dealer tetapi jika Anda hanya ingin mencoba-coba atau menguji air, adalah mungkin untuk memulai dengan buku panduan yang baik dan tanaman domestik (lebih murah daripada impor) dari hobi atau toko berkebun untuk hanya beberapa ribu yen.  Saya menyaksikan program di TV tadi malam di mana amatir bonsai harus menebak nilai-nilai berbagai berkualitas tinggi spesimen.  Yang paling mahal tampak mirip dengan yang ada di foto di atas dan bernilai lebih dari 5,5 juta yen (hampir 50.000 dolar!).  Kualitas khusus yang dibuat bahwa spesimen tertentu begitu berharga termasuk ketebalan (untuk spesies) yang tidak biasa dari batangnya dan cabang-cabang dan usia tua nya.
Apa yang membuat bonsai? (Milik Primer Situs Bonsai)
 Sebuah bonsai dapat dikembangkan dari tanaman berkayu (pohon atau semak), namun Anda harus diingat bahwa:
 Sebuah bonsai adalah pohon dan pot.
 Batang adalah apa yang memberikan pohon "bertubuh" nya, batang miskin membuat miskin bonsai.  Idealnya bagasi harus memiliki lancip yang baik, dengan pembentukan akar yang baik terlihat pada tingkat tanah.
 Bonsai memiliki cabang yang lebih besar di bagian bawah pohon, cabang penurunan dalam ukuran karena mereka lebih dekat bagian atas pohon.  Jarak antara cabang menurunkan dekat puncak pohon mereka.
 Harus ada "negatif" (terbuka) daerah antara cabang-cabang, hal ini memberikan kesan pohon daripada semak-semak.
 Sebuah bonsai mungkin memiliki bidang kayu mati untuk memberi kesan usia.

Kodo
 secara harfiah berarti "cara wewangian."  Seiring dengan sado (upacara minum teh) dan kado atau ikebana (rangkaian bunga) , itu adalah salah satu dari tiga seni klasik utama yang setiap wanita perbaikan diharapkan untuk belajar.  Kodo mungkin yang paling terkenal dari tiga, tetapi hari-hari sepupu modern, aromaterapi, adalah semua kemarahan.  Ketika berlatih Kodo, pelat mika ditempatkan di atas bara membara dan kayu wangi dupa atau ditempatkan di atas piring.  Jadi kayu sebenarnya tidak terbakar, tetapi memberikan off aromanya dengan cara yang halus.
 Ini mungkin tampak semua tentang indera penciuman, namun rahasia Kodo dalam "mendengarkan."  Para peserta tidak "bau" (kata kerja Jepang kagu ') kayu dupa atau harum, melainkan "mendengarkan" (Kiku) untuk itu, membuka tidak begitu banyak saluran hidung mereka sebagai jantung dan roh.  Psikolog barat modern dan terapis tahu tentang kekuatan indera penciuman, bagaimana bau langsung bisa mengangkut orang kembali ke tempat dari masa kecil mereka.  Di Jepang, pembakaran dupa dan wangi prizing kayu langka telah mengangkut orang ke pesawat spiritual yang berbeda selama berabad-abad.
(driftwood )
 Wangi kayu diyakini pertama kali digunakan dalam Buddha ritual dalam Periode Nara (710-794).  Sebagai kayu alami beraroma seperti ini sangat langka dan dapat mengambil berabad-abad untuk memperoleh pewangi, dupa buatan manusia muncul.  Seperti dengan dupa kadang-kadang digunakan di gereja-gereja Kristen, ia berpikir untuk memiliki sifat memurnikan.  Bahkan saat digunakan untuk memurnikan tablet memorial kayu panjang yang ditawarkan kepada almarhum sebagai bagian dari pemakaman.  Dupa Smouldering (Senko) secara teratur ditempatkan pada batu nisan atau butsudan, altar kecil yang ditemukan di rumah-rumah banyak orang Jepang.  Kodo diresmikan sekitar waktu Yoshimasa shogun Ashikaga (1443-1490), yang meminta sarjana Sanjonishi Sanetaka untuk mengklasifikasikan semua dupa yang digunakan pada saat itu.  Untuk alasan ini, Sanjonishi dianggap "bapak" dari Kodo.
 Wewangian dari Kodo dibagi menjadi rikkoku Gomi (lit. negara enam, lima rasa).  Para rikkoku enam jenis kayu harum: kyara, rakoku, manaka, manaban, sumatora, dan sasora.  Para Gomi adalah selera Amai (manis), nigai (pahit), karai (pedas), suppai (asam), karai shio (asin).  Menjadi mampu memecah aroma diberikan ke elemen-elemen yang berbeda membutuhkan tahun pengalaman dan rasa yang sangat halus bau.
 Sejak Periode Muromachi (1336-1573), Kodo dikatakan memiliki sepuluh manfaat fisik dan psikologis atau kebajikan:
 Mempertajam indra
 Memurnikan pikiran dan tubuh
 Menghapus mental atau spiritual "polutan" (kegare)
 Meningkatkan kewaspadaan
 Menyembuhkan perasaan kesepian
 Menciptakan rasa harmoni bahkan di bawah tekanan
 Bahkan dalam kelimpahan, tidak berlebihan
 Memenuhi, bahkan dalam jumlah kecil
 Tidak busuk bahkan selama berabad-abad
 Apakah ada salahnya bahkan jika digunakan setiap hari
 Seperti dalam upacara minum teh, praktisi Kodo akan berkumpul dalam sebuah ruangan, di sebuah rumah pribadi atau di kuil, dengan lantai ditutupi dengan tikar tatami.  Mereka duduk dalam gaya seiza formal (yang segera menjadi sangat tidak nyaman bagi mereka yang tidak digunakan untuk itu) dan bergiliran mencoba menebak aroma disiapkan oleh komoto, atau orang yang membakar dupa.  Mereka memegang dupa di satu tangan, cangkir asap halus dengan aroma lain dan mengangkat ke wajah mereka.  Proses menebak membuatnya tampak seperti permainan, meskipun Kodo praktisi cenderung untuk mengambil seni ini sangat serius dan mendedikasikan dekade hidup mereka untuk itu.  Jika Anda pikir Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang Kodo, cara terbaik adalah untuk menghubungi cabang salah satu dari dua sekolah, Oie-ryu dan Shino-ryu.

Ikebana
Rikka gaya. Diatur oleh Kepala Sekolah Ikenobo Sen'ei, Ikenobo Sekolah




Shoka shinputai gaya
Ikenobo sekolah
 Sementara karangan bunga bagi banyak orang di Barat terdiri dari simetris mengatur tanaman berbunga di dalam vas, Jepang Ikebana (harfiah 'bunga tetap hidup') jauh lebih kompleks.  Ada banyak sekolah, yang paling populer adalah Ikenobo, Ohara Sogetsu dan.  Ada juga gaya yang berbeda tergantung pada sekolah dan tanaman dan vas yang digunakan.
 Ikenobo merupakan sekolah tertua ikebana, didirikan oleh imam Buddha Ikenobo Senkei di abad 15.  Ia diperkirakan telah menciptakan rikka (berdiri bunga) gaya.  Gaya ini dikembangkan sebagai ekspresi Buddhis dari keindahan alam, dengan tujuh cabang mewakili bukit, air terjun, lembah dan sebagainya diatur dalam cara yang formal.  45 kepala-generasi sekarang sekolah adalah Ikenobo Sen'ei.  Sekolah ini berbasis di kuil Rokkakudo di Kyoto, diyakini telah dimulai oleh Pangeran Shotoku .  Di antara para imam dan bangsawan, gaya ini menjadi lebih dan lebih formal sampai, pada akhir abad 17, kelas pedagang tumbuh mengembangkan gaya sederhana, yang disebut Seika atau shoka.  Shoka hanya menggunakan tiga cabang utama, yang dikenal sebagai sepuluh (surga), chi (bumi) dan jin (manusia) dan dirancang untuk menunjukkan keindahan tanaman itu sendiri.  Bentuk lain lama ikebana adalah nageire, digunakan dalam upacara minum teh.
 Yang pertama dari sekolah modern terbentuk ketika Ohara Unshin pecah dari sekolah Ikenobo di akhir abad 19.  Sekolah Ohara umumnya menggunakan moribana (bertumpuk-up bunga) dalam sebuah wadah, dangkal datar.  Sekolah itu dimulai pada saat budaya Barat telah sangat berpengaruh di Jepang dan gaya moribana membuat baik penggunaan tanaman Barat.  Tapi itu masih bergaya formal.  Pengaruh dari gerakan seni awal abad 20 menyebabkan perkembangan jiyuka (gaya bebas) pengaturan.  Meskipun semua perubahan, ikebana masih hanya untuk kelas atas.
 Pada tahun 1930-an dan kemudian lebih-lebih dalam periode sesudah perang, minat ikebana menjadi jauh lebih luas.  Sekolah Ikebana membuka yang menarik orang dari semua kelas sosial.  Selama pendudukan, banyak istri prajurit AS mengambil seni dan kemudian membantu menyebar luar negeri.  Dipimpin oleh Teshigahara Sofu, pendiri pada tahun 1927 dari sekolah Sogetsu, zen-eibana atau avant-garde ikebana memperkenalkan semua jenis material baru, seperti plastik, plester dan baja.
 Saat ini, ada sekitar 3.000 sekolah ikebana di Jepang dan ribuan lainnya di seluruh dunia.  Sekolah Ikenobo sendiri memiliki sekitar 60.000 guru di seluruh dunia.  Ikebana dipraktekkan oleh sekitar 15 juta orang di Jepang, sebagian besar perempuan muda.
            Ikebana dapat dibagi menjadi dua gaya - gaya moribana vas dangkal dan gaya vas nageire tinggi.  Sekolah Sogetsu menggunakan serangkaian kakei (pola) untuk setiap gaya sehingga bahkan pemula dapat dengan cepat membuat pengaturan mereka sendiri.  Sebagai contoh, mari kita melihat gaya moribana Dasar Tegak.
            Kakeizu untuk pengaturan yang ditunjukkan di sebelah kiri
(Hak cipta Sogetsukai Yayasan). Foto menunjukkan tampilan frontal seperti dalam ilustrasi.
Para shushi adalah tiga cabang utama - tulang kering (kebenaran) cabang, BUMN (pendukung) cabang dan hikae (moderator) cabang.  Pengaturan cabang-cabang dan pemegang logam kenzan atau melonjak digambar dalam diagram sederhana, yang disebut kakeizu.  Para kakeizu menunjukkan pandangan frontal dan overhead dari pengaturan.  Setelah memeriksa kakeizu, cabang atau bunga yang cocok dipilih untuk shushi dan dipangkas jika perlu.  Batang dipotong untuk panjang benar sesuai untuk mengatur formula.  Kenzan ditempatkan di vas dan hanya ditutupi dengan air.  Sushi adalah tetap ke kenzan dalam rangka dan sesuai dengan kakeizu Jushi atau. Batang pendek tambahan ditambahkan untuk mendukung shushi dan memberikan kedalaman pengaturan.  Akhirnya, komposisi diperiksa dan setiap sentuhan akhir diterapkan.
Kimono

Kimono Jepang merupakan salah satu pakaian langsung dikenali di dunia tradisional.  Kimono secara harfiah berarti "pakaian", dan sampai pertengahan abad ke 19 itu adalah bentuk pakaian yang dikenakan oleh semua orang di Jepang.  Itu mulai berubah perlahan-lahan dengan impor jas dan gaun busana barat lainnya selama Era Meiji .  Berkat popularitas ukiyo-e woodblock cetakan di Barat pada awal abad lalu, kimono-gadis berpakaian menjadi salah satu gambar klasik Jepang.  Berdandan dalam kimono dan perlengkapan lain dari geisha atau maiko masih merupakan salah satu kegiatan yang lebih populer bagi wisatawan yang berkunjung.
            Ada berbagai jenis kimono untuk berbagai kesempatan dan musim, termasuk yang dipakai oleh laki-laki.  Selain yang dipakai setiap hari oleh beberapa orang tua atau artis seni tradisional, kimono adalah pemandangan jauh kurang umum hari ini tapi masih banyak dikenakan pada acara-acara khusus seperti pernikahan (kiri) dan upacara wisuda.  Sebagian dari alasannya adalah biaya, sebagai kimono sutra yang layak akan membuat Anda kembali bagian terbaik dari satu juta yen.  Tapi ada juga pertanyaan tentang bagaimana untuk memakai kimono dan mengikat obi (sabuk dekoratif), prosedur yang rumit yang berada di luar kemampuan banyak wanita muda.  Mereka biasanya harus meminta ibu mereka untuk membantu mereka atau mengambil kursus di sekolah kimono.
 Jadi bagaimana kimono disatukan? Bagian dari sebuah Kimono
yuki                  -                    lengan panjang           
ushiromigoro       -           bagian utama belakang           
uraeri                     -           kerah batin     
Doura                    -           lapisan atas

Sodetsuke              -          armhole jahitan           
Fuki                   -          penjaga keliman        
sode                  -           lengan
okumi                -           panel depan bawah kerah

miyatsukuchi      -           membuka bawah armhole      
sodeguchi          -           membuka lengan        
tamoto              -           kantong lengan           
maemigoro        -          bagian utama depan
Furi                   -          lengan bawah armhole           
Tomoeri            -          overcollar       
Eri                     -          kerah  
susomawashi     -           lapisan yang lebih rendah

 Ilustrasi ke kiri menunjukkan bagaimana desain kimono yang telah berubah selama berabad-abad.  Dari sekitar Periode Nara (710-94), pakaian yang disebut kosode (lengan kecil) dipakai, pertama sebagai pakaian dan kemudian sebagai pakaian luar, baik oleh perempuan dan laki-laki.  Garmen ini menjadi dikenal sebagai kimono dari abad ke-18.  Meskipun saat ini jauh lebih umum daripada mereka dulu, bahkan pengunjung jangka pendek cenderung melihat setidaknya salah satu pakaian yang elegan selama mereka tinggal.
 Wanita memakai kimono ketika mereka menghadiri kesenian tradisional, seperti upacara minum teh atau ikebana kelas.  Gadis-gadis dan wanita lajang muda mengenakan furisode, warna-warni gaya kimono dengan lengan panjang dan diikat dengan obi berwarna cerah (selempang).  Kimono terbuat dari kain dengan pola geometris sederhana, yang disebut Edo Komon, lebih polos dan santai.
            Pada pernikahan, pengantin akan sering pergi melalui beberapa perubahan kostum.  Salah satu dari mereka akan melihat pengantin dalam shiromuku, kimono, berat putih bordir dan memakai rambut palsu yang rumit.  Pengantin pria memakai kimono hitam terbuat dari sutra habutae dan membawa lambang keluarga, hakama (rok berlipit) dan mantel setengah panjang hitam disebut haori.  Sesuai Barat lebih umum untuk tamu laki-laki.
             Untuk pemakaman, baik pria maupun wanita memakai kimono hitam polos.  Dengan jas hitam yang cocok untuk keduanya, sering kali sulit untuk mengatakan apakah seorang pria akan pernikahan atau pemakaman kecuali bahwa mereka mengenakan dasi putih untuk pernikahan dan dasi hitam untuk pemakaman.  Pada bulan Januari setiap tahun, usia 20 tahun merayakan kedatangan mereka usia.  Kebanyakan wanita memakai komono rumit berwarna, sering dengan boa bulu norak.  Lain mengenakan kimono kesempatan termasuk Tahun Baru , upacara wisuda dan Shichi-go-san untuk anak-anak.
 Secara tradisional, seni mengenakan kimono disahkan dari ibu ke anak perempuan tetapi hari-hari sekolah khusus dapat melakukan bisnis cepat menyampaikan teknik-teknik yang diperlukan.  Hal pertama yang memakai adalah tabi (kaus kaki katun putih); berikutnya pakaian, atas dan rok sampul, kemudian nagajuban tersebut, di bawah-kimono yang diikat dengan sabuk datemaki; akhirnya kimono, dengan sisi kiri atas (kanan atas kiri hanya digunakan ketika rias mayat untuk pemakaman) yang tepat dan diikat dengan obi.  Sekitar satu inci dari haneri (kerah) dari nagajuban menunjukkan dalam kerah kimono.  Desain longgar kerah adalah untuk memberikan sekilas leher, dianggap sebagai bagian paling sensual dari wanita memakai kimono.  Ketika luar, sandal Zōri biasanya dipakai.
 Berjajar (awase) kimono, tradisional terbuat dari sutra tetapi kadang-kadang kain wol atau sintetis, yang dipakai selama bulan-bulan dingin.  Cahaya, yukata kapas yang dikenakan oleh pria dan wanita selama bulan-bulan musim panas dan setelah mandi di onsen (resort air panas) dan ryokan (penginapan tradisional).  Seringkali mereka dikenakan dengan geta , alas kaki kayu informal.  Awalnya dipakai untuk mandi rumah oleh kelas atas dan terbuat dari katun putih polos, yukata menjadi populer di kalangan masyarakat umum dan sering stensil-dicelup.  Hari ini, yukata berwarna cerah yang umum pada festival musim panas dan menampilkan kembang api, khususnya bagi perempuan muda dan anak-anak.

Makanan
Orang Jepang menyukai makanan mereka.  Hal ini dapat dilihat dengan jumlah orang yang makan, bahkan di saat resesi, dan jumlah program yang berhubungan dengan makanan di TV.  Beritahu seseorang yang Anda mengambil perjalanan ke Hokkaido dan hal pertama yang mereka akan lakukan adalah bersikeras bahwa Anda mencoba makanan laut sementara Anda berada di sana atau Okonomiyaki di Osaka dan sebagainya.  Sementara sushi telah menjadi semakin populer di Barat, makanan sebagian besar orang Jepang masih cukup banyak diketahui.  Restoran Jepang di seluruh dunia telahcenderung untuk melayani wisatawan Jepang dan telah harga sesuai, yaitu.  mahal.  Tetapi di Jepang ada berbagai macam makanan yang tersedia dengan harga mulai dari gaji satu bulan untuk sangat wajar.

Katsudon
            







Sashimi dan sushi
 Kedua hidangan yang sering dianggap satu dan sama.  Sashimi terdiri dari irisan tipis ikan mentah atau makanan laut lainnya disajikan dengan lobak Jepang pedas (wasabi) dan shoyu, sementara sushi terdiri dari yang sama, disajikan pada beras vinegared, tetapi juga termasuk makanan laut dimasak, sayuran dan telur.  Bentuk lain dari sushi norimaki, atau sushi roll, di mana pengisian yang terguling dalam padi dengan tudung dari nori.  Sushi murah tersedia di supermarket atau di Kaiten-Zushi restoran, di mana pelanggan duduk di meja dan memilih apa yang mereka inginkan dari sabuk konveyor  .
Domburimono
 Masakan-masakan ini terdiri dari sebuah mangkuk (domburi) beras ditutupi dengan salah satu dari berbagai topping seperti daging sapi rebus (gyudon), ayam dan telur (oyakodon), goreng udang (tendon) atau digoreng daging babi dan telur ( katsudon).  Mereka sering dimakan sebagai bagian dari 'set makan siang' harga terjangkau, dengan sup miso dan acar  .

Tempura
 Seafood atau sayuran dicelupkan ke dalam adonan dan goreng, tempura disajikan dengan saus dan daikon.  Kata 'tempura' berasal dari Portugis 'tempero' (saus atau saus) dan hidangan ini berasal dari pertengahan abad ke-16, ketika Portugis dan budaya Spanyol pertama kali diperkenalkan ke Jepang.  Tempura bisa disajikan dengan semangkuk sisi nasi dan sup atau semangkuk nasi (tendon) atau mi (tempura udon, tempura soba)  .

Sukiyaki
 Ini adalah gurih rebusan sayuran dan daging sapi dimasak dalam nabe besar dan dicelupkan ke dalam mangkuk telur mentah dipukuli.  Sayuran biasanya digunakan adalah daun bawang, jamur shiitake dan krisan daun (shungiku).  Juga ditambahkan adalah tahu dan agar-agar mie (shirataki) dan bahan yang dimasak dalam saus yang terbuat dari kecap, gula dan sake manis memasak (mirin)  .
Shabushabu
 Untuk hidangan ini, pengunjung mencelupkan kertas iris tipis daging sapi dalam sepanci air mendidih dan saham selama beberapa detik dan kemudian mencelupkan daging sapi dimasak dengan saus wijen (Goma berani) sebelum makan.  Kemudian, sayuran seperti jamur enoki dan kubis Cina, tahu dan shirataki ditambahkan.  Ketika dimasak, ini dicelupkan ke dalam kecap dan jeruk (ponzu).  Setelah daging sapi dan sayuran telah selesai, udon dapat ditambahkan ke pot dan dimakan dengan kaldu.  Perasa lain yang digunakan termasuk bawang putih, daun bawang dan daikon.  Ekonomis (bagi mereka dengan nafsu makan yang besar) all-you-can-eat makanan yang umum di restoran Shabushabu.
Okonomiyaki atasnya dengan saus dan jahe

Okonomiyaki
 Hal ini terbaik dapat digambarkan sebagai orang Jepang gurih pancake.  Sayuran cincang dan daging atau makanan laut dicampur dengan adonan dan dimasak di atas wajan dengan.  Seperti kue dadar, yang Okonomiyaki adalah flipped atasnya dan dimasak di kedua sisi.  Hal ini kemudian atasnya dengan saus khusus dan mayones dan ditaburi nori dan serpih ikan kering (katsuobushi).  Variasi termasuk menambahkan telur goreng atau soba  .

Yakitori
 Yakitori sendiri berarti ayam panggang.  Berbagai potongan ayam, termasuk jantung, hati dan tulang rawan yang dimasak di atas panggangan sate arang.  Juga dimasak dengan cara ini di restoran yakitori (yakitoriya) adalah berbagai macam sayuran seperti paprika hijau (Piman), siung bawang putih (ninniku) dan bawang (Negi).  Mereka rasa baik menggunakan saus tajam (tara) atau garam (shio).  Menu biasanya akan berisi berbagai makanan lain juga.  Yakitoriya biasanya santai tempat makanan camilan untuk menemani minum.

Yakiniku
Orang Jepang mulai memakan daging lebih banyak setelah Perang Dunia II dan penurunan harga daging sapi di awal 1990-an menyebabkan restoran yakiniku menjadi mana-mana di seluruh negeri.  Istilah diterjemahkan secara harfiah sebagai "daging panggang," dan itu terdiri dari potongan-potongan kecil daging sapi (dan daging babi yang lebih rendah tingkat, makanan laut ayam, dan sayuran) yang dipanggang di meja makan itu.  Meskipun di luar negeri biasanya disebut "Jepang barbeque," di Jepang itu sering diterjemahkan sebagai "barbeque Korea."